Jumat, Januari 11, 2008

Pro-kontra Pengelolaan Limbah Nuklir

Pro-kontra Pengelolaan Limbah Nuklir

Kepercayaan masyarakat akan meningkat jika pengelolaan limbah nuklir dilakukan secara benar

Kegiatan nuklir di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak 1965 melalui pengoperasian reactor training research and isotope production by general atomic (Triga) di Pusat Penelitian Teknik Nuklir (PPTN) Bandung. Namun, hingga 2007 ini pemanfaatan energi nuklir di Indonesia masih menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat.

Salah satu yang menjadi permasalahan adalah limbah nuklir dari kegiatan tersebut. Pro kontra itu berpeluang diminimalisasi bila pengelolaan limbah nuklir dilakukan secara benar sehingga kepercayaan masyarakat meningkat. Tujuan akhir dari pengelolaan limbah radioaktif adalah melindungi lingkungan dan masyarakat dari potensi dampak radiologi limbah radioaktif, salah satunya adalah melalui operasi teknik kimia.

"Operasi teknik kimia dalam pengolahan limbah radioaktif antara lain meliputi transfer cairan radioaktif, filtrasi, penukar ion, absorpsi, koagulasi, evaporasi, insinerasi, kompaksi, dan pemadatan,'' ujar Profesor Zainus Salimin dalam orasi ilmiah pengukuhannya sebagai profesor riset di Kawasan Penelitian Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Serpong-Banten, Kamis (27/12).

Menurut Zainus, pengeloaan limbah radioaktif ialah penanganan penampungan dan pengolahan limbah radioaktif. Termasuk, pengungkungan unsur radioaktif dalam limbah dengan bahan matriks (pemadatan) dan penyimpanan blok hasil pengungkungan. `'Sehingga, limbah radioaktif tidak membahayakan manusia dan lingkungan,'' jelasnya.

Lebih jauh Zainus menyatakan, operasi teknik kimia pengolahan limbah radioaktif terus mengalami perkembangan, dengan banyak penelitian dan penerapan teknologi baru untuk meningkatkan kualitas hasil proses sehingga faktor keselamatan meningkat. `'Penelitian, pengembangan, dan penerapan tersebut dilakukan untuk mencari proses dengan nilai reduksi volume yang tinggi secara keseluruhan,'' tegasnya.

Operasi teknik kimia pengolahan limbah radioaktif, kata Zainus, mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas hasil proses sehingga keselamatan pengolahan limbah radiaktif meningkat. `'Operasi pengelolaan limbah radioaktif selalu didasarkan pada penerapan hasil yang optimal dari kajian teknologi, penelitian, dan pengembangan proses,'' ujarnya.

Zainus dalam orasinya yang berjudul `Peran dan Perkembangan Operasi Teknik Kimia Pengelolaan Limbah Radioaktif untuk Mendukung Iptek Nuklir di Indonesia' menyatakan, minimisasi dan reduksi volume limbah nuklir, dilakukan untuk memperoleh nilai ekonomi yang akan terlihat pada biaya penyimpanan akhir limbah hasil olahan. `'Ini juga dapat memperkecil proliferation risk dan dampak lingkungan yang panjang dan perolehan dukungan politik dan publik untuk penyimpanan akhir limbah,'' jaminnya.

Dalam kesempatan yang sama, Erwansyah Lubis yang juga dikukuhkan sebagai profesor riset menyatakan, secara umum persepsi masyarakat terhadap suatu risiko hingga saat ini tak didasarkan atas pengertian secara ilmiah dan tidak menyadari adanya ketidakpastian.`'Mereka kehilangan kerangka dalam memahami apa yang disebut risiko,'' jelasnya.

Metode pengambilan keputusan dan pengkajian risiko, kata Lubis, merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan risiko yang ditimbulkan dalam pemanfaatan iptek nuklir. `'Masyarakat perlu diberi informasi untuk memahami dalam pengelolaan risiko teknologi selalu terdapat ketidakpastian yang tak dapat dihindarkan sehingga perlu penerapan risiko,'' ungkapnya.

Lubis membacakan orasi berjudul `Pengkajian dan Mengkomunikasikan Risiko dalam Pengelolaan Limbah Radioaktif'. Dia menyatakan, pengkajian keselamatan disposal limbah radioaktif adalah perkiraan secara kuantitatif mengenai rujukan kerja sistem penyimpanan sementara dan penyimpanan lestari (disposal) secara keseluruhan, yakni perkiraan risiko radiologi sebagai fungsi waktu. `'Analisis keselamatan dilakukan secara iteratif, di mana metodologi, model-model matematik, dan data yang digunakan diperbarui setiap tahap iterasi,'' jelasnya.

Analisis keselamatan, kata Lubis, harus dilaksanakan secara komprehensif dengan memperhatikan seluruh fenomena yang akan menyebabkan terjadinya lepasan dan perpindahan radionuklida ke komponen-komponen lingkungan hidup. `'Perubahan laju lepasan diperhatikan dalam perhitungan potensi dosis radiasi yang akan diterima oleh masyarakat,'' ujarnya. Lebih jauh Lubis menegaskan, mengomunikasikan risiko yang tepat dan benar dari pengelolaan limbah radioaktif secara tepat akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemanfaatan iptek nuklir. n eye

Ikhtisar :

  • Minimisasi dan reduksi volume limbah nuklir, dilakukan untuk memperoleh nilai ekonomi yang akan terlihat pada biaya penyimpanan akhir limbah hasil olahan.
  • Analisis keselamatan harus dilaksanakan secara komprehensif dengan memperhatikan seluruh fenomena yang akan menyebabkan terjadinya lepasan dan perpindahan radionuklida ke komponen-komponen lingkungan hidup.

Sumber :
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=318532&kat_id=13
Senin, 31 Desember 2007

Tidak ada komentar: