Rabu, Februari 20, 2008

Desa Konservasi di Habitat Orangutan

Desa Konservasi di Habitat Orangutan

Medan, Senin- Lembaga pemerhati lingkungan membuat desa konservasi di daerah habitat orangutan sumatera (Pongo abelii.). Tujuan dibuatnya desa konvervasi itu untuk melindungi populasi orangutan yang kian terancam dari kepunahan. "Desa konservasi ini dibuat sebagai upaya melindungi orangutan Sumatera. Melalui desa konservasi habitat orangutan tetap terjaga, namun masyarakat meningkat kesejahteraannya," kata Burhan dari Konsorsium Pusaka Indonesia (terdiri dari lembaga swadaya masyarakat lingkungan) usai persentasi di depan instansi terkait di Sumut, Senin (18/2).

Menciptakan desa konservasi itu dilakukan setelah melalui survei terlebih dahulu. Desa yang layak dikembangkan menjadi desa konservasi paling tidak lingkungannya sedang dalam kondisi terancam, ada orangutannya dan ada kesediaan masyarakat menjalankan program sebagai desa konservasi.

Konsorsium Pusaka mendirikan desa konservasi di Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat. Sebagai proyek percontohan, di daerah itu didirikan tiga desa konservasi. Tidak ada pembagian uang ke masyarakat. "Yang ada adalah program ke masyarakat agar bisa hidup lebih sejahtera tanpa harus merusak lingkungannya," katanya. Efrizal dari Konsorsium Pekat (terdiri dari tiga LSM lingkungan) mengatakan desa konservasi merupakan contoh bagi daerah lain tentang upaya konservasi. Model konservasi, katanya, mesti harus menguntungkan masyarakat setempat. "Kami melakukan pemberdayaan masyarakat dengan melihat potensi setempat," tuturnya.

Tenaga Terampil

Dalam pelaksanaannya, pembentukan desa konservasi melibatkan tenaga terampil salah satunya ahli pertanian. Mereka, kata Efrizal, melakukan sekolah lapangan ke masyarakat. "Program berlanjut sampai pada pengelolaan keuangan hasil pertanian," katanya.

Konsorsium Pekat sendiri membentuk desa konservasi di Langkat dan Aceh Selatan (NAD). Daerah itu merupakan salah satu habitat orangutan yang termasuk dalam Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Berdasarkan perkiraan, jumlah orangutan yang tersisa kini mencapai 6.500 ekor. Padahal, pada 2004, diperkirakan jumlah mereka sampai 7.500 ekor. Keberadaan mereka terpisah-pisah yang terkonsentrasi di TNGL (Sumut dan NAD) dan kawasan lindung hutan Batang Toru (Sumut).

Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Sumut Syamsul Arifin mengatakan ada sejumlah kekayaan fauna dan kawasan yang kini dalam kondisi kritis. Lantaran itu, dia meminta agar konservasi tidak hanya dilakukan di habitat orangutan Sumatera saja. Melainkan juga dilakukan di habitat fauna khas lain di antaranya gajah sumatera, harimau sumatera dan beo nias. Begitupun dengan konservasi di daerah kawasan strategis seperti ekosistem Danau Toba, hutan mangrove Pantai Timur Sumatera yang kondisinya mengkhawatirkan. (NDY)

http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.02.18.21382858&channel=1&mn=42&idx=43
Senin, 18 Februari 2008 21:38 Wib

BKSDA Selidiki Pendagangan Organ Harimau Sumatera

BKSDA Selidiki Pendagangan Organ Harimau Sumatera

Medan, Selasa - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Utara tengah meneliti dugaan praktik perdagangan organ tubuh Harimau Sumatera, yang menurut survai marak dilakukan di daerah ini.

Penelitian itu dilakukan terkait laporan survei TRAFFIC Southeast Asia yang menemukan bahwa Medan dan Kota Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang merupakan kota singgahan utama bagi perdagangan organ-organ tubuh satwa langka itu. Kepala BKSDA Sumut, Ir. Djati Witjaksono Hadi, ketika dikonfirmasi di Medan, Selasa (19/2), menyatakan, BKSDA akan menindak tegas para pelaku apabila laporan tersebut terbukti.

"Perdangangan bebas satwa yang dilindungi itu tidak bisa dibiarkan terus merajalela, karena mengancam populasi harimau Sumatera," katanya. Pihaknya sudah meminta data dan informasi yang akurat mengenai perdagangan harimau Sumatera. Begitu juga mengenai foto-foto yang diperoleh lembaga survey tersebut. Apakah memang benar foto-foto harimau Sumatera yang diambil itu berada di kawasan hutan Sumut.

Hal ini terpaksa dilakukan oleh petugas BKSDA Sumut untuk menguji kebenaran laporan tersebut. Apalagi laporan yang dikeluarkan oleh lembaga survei itu adalah hasil penelitian pada tahun 2006 dan bukan yang terbaru. "Kita tidak mau hasil survai yang disampaikan itu tidak sesuai nantinya dengan yang ada di lapangan," ujarnya. Pihak BKDA Sumut jelas tidak akan membiarkan penjualan satwa tersebut karena membiarkan juga dianggap pelanggaran hukum.Menurut survei TRAFFIC, organ-organ tubuh harimau Sumatera seperti gigi, taring, cakar, kulit, kumis dan tulang telah diperjualbelikan pada 10 persen toko dari 326 toko yang disurvai di 28 kota di Sumatera pada 2006. Survei menduga, sedikitnya ada 23 harimau diburu untuk mensuplai toko-toko ritel itu, berdasarkan jumlah gigi taring yang ada di pasaran. Kendati jumlah itu turun dari dugaan 52 ekor harimau Sumatera dibunuh antara tahun 1999 hingga 2002.(ANT/WAH)

http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.02.19.18125972&channel=1&mn=42&idx=43
Selasa, 19 Februari 2008 18:12 Wib

3.100 Hektar Hutan di Riau Terbakar

3.100 Hektar Hutan di Riau Terbakar

Pekanbaru, (Analisa) Kebakaran hutan dan lahan yang melanda Provinsi Riau semakin meluas. Saat ini diperkirakan sekitar 3.100 hektar hutan dan lahan yang tersebar di sejumlah kawasan di Provinsi ini sudah terbakar dan menimbulkan kabut yang mengancam provinsi dan negara tetangga.

Informasi yang diperoleh Analisa, kebakaran hutan dan lahan terparah terjadi pada kawasan gambut di Kelurahan Pelintung dan Selinsing, Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai. Di daerah ini diperkirakan sekitar 2.000 hektar hutan dan lahan telah musnah terbakar. Kondisi serupa juga terjadi di Simpang Pemburu Kecamatan Tanah Putih dan Mamugo, Kabupaten Rokan Hilir.

Sekitar 800 hektar lahan milik masyarakat di dua Kecamatan tersebut, hingga Senin (18/2), dilaporkan masih terbakar dan cenderung meluas. Selain di dua Kabupaten itu, kebakaran hebat juga terjadi pada areal kebun Akasia milik PT Arara Abadi dan PT Tobe Indah di Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis. Sekitar 300 hektar lahan milik dua perusahaan kayu itu, saat ini sedang dilalap sijago merah.

Total lahan terbakar di Riau saat ini sudah mencapai sekitar 3.100 hektar. Jumlah ini belum termasuk kebakaran yang terjadi pada sejumlah daerah lainnya, seperti di Kabupaten Siak dan Kampar. “Kebakaran di Dumai sudah menghanguskan 2.000 hektar lahan. Kebakaran hebat juga terjadi di Rokan Hilir dan Bengkalis. Saat ini, tim gabungan memfokuskan pemadaman di Dumai karena sudah masuk ke wilayah pemukiman penduduk,” kata Komandan Operasi Manggala Agni Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Dumai, Jusman kepada wartawan, Senin (18/2).

Saat ini, lanjutnya, sebuah helikopter jenis KAMOP 32 milik Departemen Kehutanan terus berupaya memadamkan api yang sudah menjalar ke pemukiman penduduk di KM 36-40 Kelurahan Selinsing, Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai.

Helikopter yang sanggup membawa enam ton air itu secara intens melakukan pemboman melalui udara dan kemudian dibantu 200 personil tim gabungan yang sudah bersiaga di jalur darat. “Selain di kawasan Pelintung dan Selinsing, Kami juga membatasi api agar tidak menjalar ke kawasan hutan wisata sungai Dumai,” ujar Jusman.

Sementara staf Hubungan Masyarakat (Humas) PT Arara Abadi Nurul Huda kepada Analisa mengatakan, pihaknya mengerahkan sebanyak 250 personil untuk memadamkan kebakaran yang melanda 300 hektare kebun akasia Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis. Kebakaran diketahui mulai terjadi sejak Jumat (15/20) dan diduga asal api dari rembetan kebakaran yang melanda kebun akasi milik PT Tobe Indah. “Kebakaran sudah berlangsung sejak tiga hari lalu. Kami mengerahkan sebanyak dua helikopter dalam pemadaman ini. Kencangnya tiupan angin membuat api sulit dipadamkan,” kata Nurul. (dw)

Sumber :
http://www.analisadaily.com/
18 Februari 2008

Indonesia Tandatangani Kerjasama Lingkungan dengan Finlandia

Indonesia Tandatangani Kerjasama Lingkungan dengan Finlandia

Jakarta, (Analisa) - Pemerintah Indonesia menandatangani perjanjian kerjasama dengan pemerintah Finlandia di bidang lingkungan dan antisipasi perubahan lingkungan sebagai tindak lanjut konferensi internasional tentang perubahan iklim di Bali pada 2007.

Perjanjian kerjasama antara dua negara tersebut ditandatangani oleh Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar dan rekannya dari Finlandia Paavo Vayrynen di Istana Merdeka Jakarta, Senin. "Kerjasama terkait isu perubahan iklim merupakan tindaklanjut dari pertemuan di Bali beberapa waktu lalu," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam konferensi pers bersama Presiden Finlandia Tarja Halonen usai menyaksikan penandatanganan perjanjian tersebut.

Presiden Yudhoyono menambahkan, sebelumnya antara Indonesia sudah menjalin kerjasama dengan Finlandia di bidang kehutanan dan lingkungan. Dengan penandatanganan itu, Presiden mengharapkan kerjasama akan semakin baik.

Sementara itu Presiden Finlandia Tarja Halomen mengatakan, hubungan kerjasama antara kedua negara akan semakin meningkat. "Konferensi di Bali bagi kami adalah suatu hal yang baik dan saya berharap kita dapat menentukan langkah-langkah kerjasama dalam program pembangunan yang berkelanjutan," tegasnya.

Kerjasama antara Indonesia dan Finlandia yang baru saja ditandatangani antara lain menyepakati suatu upaya bersama untuk mengurangi efek gas rumah kaca dalam penanganan pemanasan global. Juga dibahas mengenai pengembangan kerjasama yang sudah terjalin dalam bidang kehutanan termasuk dalam pembagian pengalaman dalam pengusahaan hutan.

Kedua negara juga menyetujui bahwa ada keterkaitan antara perubahan iklim, ketersediaan energi, keberlanjutan hutan, pembangunan berlanjut dan kemiskinan. Indonesia dan Finlandia menyetujui pentingnya kerjasama antar negara untuk menyeimbangkan usaha untuk menangani perubahan iklim, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

Pembentukan manajemen kehutanan yang berlanjut, pembangunan komunitas berbasis kehutanan, kerjasama penanganan perubahan iklim global merupakan sejumlah aktivitas yang akan dikembangkan berdasarkan kerjasama tersebut. (Ant)

Sumber :
http://www.analisadaily.com/
18 Februari 2008

Walhi: HP3 Semakin Memiskinkan Nelayan

Walhi: HP3 Semakin Memiskinkan Nelayan

Bengkulu-RoL-- Rencana pemerintah pusat untuk memberlakukan Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP3) kepada provinsi dan seluruh kabupaten/kota di Indonesia akan semakin memiskinkan nelayan, kata Dewan Daerah Walhi Bengkulu Bowo Tamtulistyo.

Ketika diminta tanggapannya, Selasa di Bengkulu, ia menjelaskan, hak yang diberikan kepada pengusaha perseorangan maupun badan usaha tersebut akan mengucilkan akses nelayan terhadap pesisir dan perairan yang selama ini menjadi sumber kehidupan nelayan. "Nasib nelayan memang tidak pernah masuk rencana kerja dan rencana strategis pemerintah pusat dan daerah. Kehidupan yang tidak berdaya seperti sekarang ini akan dimiskinkan lagi dengan kebijakan itu, ujar Bowo.

Menurut dia, hak pengusahaan yang diberikan kepada perseorangan atau badan hukum tersebut merupakan bentuk praktek tengkulak yang mendapat izin resmi dari pemerintah dan dengan kebijakan itu, para nelayan Indonesia yang secara umum berpendidikan rendah akan semakin terpuruk. Ia berpendapat masih banyak cara lain yang bisa diterapkan pemerintah untuk memberdayakan wilayah pesisir dan perairan, khususnya yang dihuni oleh masyarakat nelayan, karena itu sebaiknya pemerintah kembali mengkaji dengan komprehensif kebijakan tersebut. "Kebijakan itu jelas hanya akan menguntungkan pemodal dan pemerintah mendapat pajak perizinan, sedangkan nelayan akan semakin tersingkir," katanya.

Meskipun kebijakan yang merupakan turunan dari UU nomor 26 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (UU-PWP3K) baru akan diberlakukan pada pertengahan tahun ini, ada kekhawatiran munculnya kasus HPH babak kedua. Bowo mengatakan, seharusnya pemerintah berkaca dari pengalaman maraknya penyalahgunaan HPH di Tanah Air yang tidak pernah tuntas persoalannya, bahkan yang terbaru dan masih membekas adalah kasus Adelin Lis yang malah bebas dari semua tuduhan.

Kebijakan pemberlakuan HP3 bisa dipastikan akan menghasilkan kasus serupa, sebab pemerintah, baik pusat maupun daerah sangat rapuh dalam hal pengawasan dan penerapan hukum yang ada. Mantan Direktur Eksekutif Walhi Bengkulu ini mengatakan, pemberlakuan HP3 yang menerapkan pengecualian atas kawasan konservasi juga tidak bisa menjawab persoalan yang akan ditimbulkan nantinya.

Selain itu, perairan pesisir sangat berbeda dengan wilayah daratan, baik dari aspek biofisik-kimia maupun sosial-ekonomi. Secara biologis kawasan ini kaya akan keanekaragaman sumberdaya hayati yang rentan terhadap faktor eksternal berupa tekanan eksploitasi yang berlebihan, karena akan menyebabkan over eksploitasi. Ditambah lagi dari sisi sosial-ekonomi, perairan pesisir sangat rentan konflik pemanfaatan ruang antar berbagai sektor dan atau stakeholder terkait.

Apalagi ke depan akan ada perubahan yang sangat fundamental terhadap status kepemilikan perairan pesisir beserta sumberda alamnya, yang tadinya dapat dimanfaatkan oleh semua orang (open access) karena milik bersama (common property resources), maka dengan pemberlakuan HP3 akan berubah status menjadi milik pribadi (private property resources). Kendati dalam batas wilayah dan rentang waktu tertentu, hak-hak masyarakat secara umum berupa hak akses maupun hak pemanfaatan akan dibatasi bahkan hilang, tambahnya. antara/abi

Sumber :
http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=324138&kat_id=23
Selasa, 19 Februari 2008 18:36:00

Dua Konsultan Jerman Bantu Pengembangan Terumbu Karang

Dua Konsultan Jerman Bantu Pengembangan Terumbu Karang

Denpasar—Mi: Dua konsultan asal Jerman yang membantu pengembangan terumbu karang buatan di daerah pesisir utara Pulau Bali secara rutin dua kali dalam setahun memberikan bimbingan teknis terhadap pembuatan tempat berkembangbiaknya ratusan jenis ikan hias. "Kedua konsultan asing itu adalah Prof Wolf Hilbertz dan Dr Tom Goreau. Mereka sejak 2001 memberikan bimbingan teknis untuk memperbaiki terumbu karang yang rusak akibat ulah pelaku penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak," kata I Gusti Agung Prana, seorang pengusaha hotel setempat yang mensponsori pembangunan terumbu karang tersebut di Denpasar, Senin (18/2).

Ia mengatakan, kedua tenaga ahli itu mempunyai peran yang cukup besar dalam mengembalikan kelestarian lingkungan, terutama di daerah perairan laut Bali utara. Dengan teknologi baru, yakni pembuatan rumpon yang dibuat dalam berbagai ukuran, sesuai bentuk yang diinginkan menyerupai seperti terumbu karang asli ditempatkan di laut mampu merangsang aneka jenis ikan hias dari luar untuk bersarang di tempat tersebut. Listrik yang bersumber dari accu dialirkan ke masing-masing rumpon mampu mempercepat pertumbuhan gulma lima kali lipat dibanding proses secara alamiah.

Dari sekitar 40 rumpon yang dibuat dalam beberapa tahun belakangan, pertumbuhan gulma dan plankton mengalami perkembangan sekitar tiga sentimeter per tahun, lima kali lebih cepat dibanding secara alamiah. Kondisi demikian didukung kesadaran masyarakat akan kelestarian lingkungan, yakni tidak lagi menangkap ikan dengan menggunakan bahan peledak, sehingga mampu menjadikan kawasan itu lestari. Masyarakat yang tergabung dalam desa adat setempat ikut mengawasi nelayan luar yang menangkap ikan di perairan sekitar desa Pemutaran yang sebelumnya marak menggunakan bahan peledak, ujar Agung Prana. (Ant/OL-03)

Sumber :
http://www.mediaindonesia.com/
Selasa, 19 Februari 2008

Senin, Februari 18, 2008

Risiko Kematian akibat Pemanasan Global

Risiko Kematian akibat Pemanasan Global

PEMANASAN global bukan hanya merusak bumi. Studi kesehatan menyebutkan temperatur dan tingkat ozon yang tinggi meningkatkan risiko kematian yang disebabkan penyakit jantung dan stroke. Para periset menyatakan pemanasan global bisa meningkatkan jumlah orang yang meninggal karena kasus-kasus kardiovaskular, yakni kasus-kasus kesehatan yang berkaitan dengan gangguan jantung dan pembuluh darah.

Pemimpin riset dari School of Medicine di University of California, Amerika Serikat, Cizao Ren, menegaskan, temperatur dan ozon merupakan dua faktor utama yang menyebabkan kematian akibat kasus kardiovaskular. Ia memperkirakan, masalah itu akan bertambah parah seiring dengan bertambah panasnya bumi. "Meningkatnya temperatur dan polusi udara akan sangat memengaruhi kesehatan penduduk dunia," ujarnya.

Tim riset Ren meneliti hampir 100 juta orang yang tinggal di 95 daerah di seluruh Amerika Serikat dari Juni hingga September untuk studi nasional terhadap kematian dan polusi udara. Studi tersebut meneliti kaitan antara kesehatan dan polusi udara sejak 1987 hingga 2000. Dalam kurun waktu tersebut, empat juta orang meninggal dunia akibat serangan jantung dan stroke. Tim Ren membandingkan tingkat kematian itu terhadap perubahan temperatur dalam satu hari. Mereka menyimpulkan, ozon merupakan kaitan utamanya. Semakin tinggi tingkat ozon, semakin besar pula risiko kematian akibat kasus kardiovaskular yang terkait dengan tingginya temperatur.

Saat tingkat ozon berada pada level terendah, temperatur meningkat sebesar 10 derajat. Itu berarti jumlah kematian akibat penyakit jantung dan stroke meningkat juga sebanyak 1%. Saat tingkat ozon pada level tertingginya, jumlah kematian akibat penyakit jantung dan stroke meningkat lebih dari 8%.

Terkena paparan ozon dalam jumlah tinggi dapat memengaruhi saluran pernafasan dan sistem syaraf. Itu akan menyebabkan orang menjadi rentan terhadap efek dari perubahan temperatur.

Pemanasan global akan meningkatkan temperatur dan tingkat polusi karena temperatur yang tinggi akan berakibat tingginya produksi ozon. (Wey/M-2)

Sumber :
http://www.mediaindonesia.com/17 Januari 2008.

Aktif Semasa Hamil, Anak Rajin Olah Raga

Aktif Semasa Hamil, Anak Rajin Olah Raga

INFORMASI berikut mungkin cocok buat Anda yang tengah mengandung. Sebuah studi yang dilakukan Bristol University di Inggris yang diberitakan www.bbc.co.uk melaporkan bahwa para ibu yang aktif semasa hamil kelak akan melahirkan anak yang cenderung lebih aktif berolahraga pula.

Studi ini melibatkan 5.500 anak-anak usia antara 11 dan 12 tahun. British Medical Journal melaporkan juga, studi ini tidak mengikutsertakan faktor-faktor biologis. Para periset juga menyebutkan, para ibu yang semasa hamil aktif berolah raga cenderung akan meneruskan kegiatan tersebut setelah melahirkan.

Ini berarti, mereka akan memberikan contoh yang baik kepada anak-anak mereka. Para ibu aktif ini juga akan memberikan semangat kepada anak-anak untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik untuk kesehatan. Seperti berolahraga.

Pemimpin riset Calum Mattocks menyatakan usia anak-anak prasekolah merupakan usia yang penting untuk diberikan contoh kegiatan dari orang tua. "Jika anak-anak pada usia ini rutin melihat orang tua mereka melakukan kegiatan olah raga, mereka akan ikut terpengaruh dan mengikuti kebiasaan baik tersebut," ujarnya.

Dalam studi ini, tim riset mengumpulkan data aktivitas anak-anak usia 11-12 selama setidaknya tiga hari. Mereka menganalisis kegiatan yang dilakukan anak-anak, termasuk seberapa aktif ibu mereka saat mengandung.

Hasilnya, anak-anak yang ibunya rajin berlatih jalan kaki dan berenang semasa hamil, 3%-4% lebih aktif ketimbang anak-anak yang ibunya jarang berolah raga semasa hamil.

Informasi itu tentunya berguna buat perkembangan anak, terutama karena statistik menunjukkan jumlah obesitas pada anak bertambah dua kali lipat dalam dekade terakhir. Satu dari empat anak diperkirakan mengalami obesitas. (Wey/M-2)

Sumber :
http://www.mediaindonesia.com/17 Januari 2008.

Ibu Perokok Pengaruhi Kesuburan Anak

Ibu Perokok Pengaruhi Kesuburan Anak

SATU lagi informasi seputar kehamilan. Sebuah riset yang ditulis dalam www.webmd.com menyimpulkan, para ibu yang merokok sebelum, semasa, dan setelah kehamilan, akan berakibat terganggunya kesuburan anak perempuan yang mereka kandung.

Studi ini menggunakan tikus betina yang disuntikkan racun rokok sebelum mereka hamil, dan selama mereka menyusui anak-anak mereka.

Hasilnya memang tidak ada pengaruh untuk kotoran dan air kencing para tikus betina tersebut. Tapi fungsi rahim pada anak-anak tikus yang betina menjadi terpengaruh.

Pemimpin riset, Andrea Jurisicova, menyatakan penemuan studi ini masih perlu dilanjutkan dengan riset seputar pengaruh asap rokok dan racun-racun lain dari lingkungan yang bisa memengaruhi kesuburan. "Kami ingin memberi kesadaran dan kewaspadaan kepada masyarakat. Riset ini menyimpulkan, perempuan yang memiliki kebiasaan merokok akan berpengaruh pada kesuburan anak-anak yang kelak dilahirkannya, tanpa menyadarinya," ujarnya.

Merokok pada masa kehamilan memang banyak dikaitkan dengan beragam komplikasi, misalnya kelahiran bayi dengan berat badan kurang, atau masalah plasenta dan kelahiran prematur. Berbagai studi telah membuktikan adanya kaitan antara pengaruh paparan asap rokok di rahim dan terganggunya kesuburan anak yang dilahirkan, baik itu anak laki-laki maupun perempuan. Tapi alasan keterkaitan tersebut belum pasti.

Dari riset pimpinan Andrea, anak-anak tikus dari induk tikus yang sudah disuntikkan racun rokok ternyata memiliki jumlah folikel rahim dua pertiga lebih sedikit daripada folikel normal. Setiap folikel rahim mengandung satu sel telur. Ini berarti, semakin sedikit folikel yang dimiliki, semakin sedikit pula sel telur yang dihasilkan.

Dalam studi terpisah yang dilakukan University of Aberdeen, periset bidang fertilitas, Paul Fowler, melaporkan penemuan yang sama tapi untuk kasus anak-anak lelaki. Menurut studi tersebut, anak-anak lelaki yang lahir dari ibu yang merokok semasa hamilnya memiliki tingkat gen DHH yang setengah dari anak-anak yang lahir dari ibu yang tidak merokok. Gen DHH merupakan gen yang berpengaruh dalam pertumbuhan testis. Menurut Fowler, testikel yang berukuran kecil berkaitan dengan jumlah produksi sperma yang rendah. "Ini menjelaskan bahwa merokok semasa hamil akan memengaruhi tingkat kesuburan anak lelaki yang kelak dilahirkan," jelas Fowler. (Wey/M-2)

Sumber :
http://www.mediaindonesia.com/
17 Januari 2008.

Prospek Pasar Batu Bara kian Cerah

Prospek Pasar Batu Bara kian Cerah

BANJARMASIN--MEDIA: Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Jeffrey Mulyono menilai prospek pasar tambang batu bara baik dunia maupun didalam negeri cukup menjanjikan. Selama belum ada jenis bahan pembangkit energi alternatif ditemukan maka permintaan batubara untuk energi akan terus meningkat, kata Jeffrey Mulyono saat berada di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rabu (16/1).

Ketika berbicara di acara pelatihan wartawan dan humas tentang pers dan bisnis pertambangan yang diselanggarakan PT Adaro Indonesia, Jeffrey menyebutkan, dengan pasar yang baik itu maka akan menguntungkan bagi pengelolaan pertambangan batu bara di Tanah Air. Menurutnya kian meningkatnya berbagai pembangunan dan kemajuan dunia maka kebutuhan energi jelas kian meningkat. Apalagi negara pemakai energi terbesar dunia seperti AS, China, Jepang, dan Eropa terus melakukan permintaan bagi batu bara maka kebutuhan batu bara jelas lebih meningkat pula.

Sementara itu di dalam negeri sendiri kebutuhan tambang itupun terus meningkat. Bukan saja untuk industri tetapi juga untuk bahan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Apalagi adanya program listrik nasional 10 ribu Mega Watt (Mw) yang dilakukan pemerintah tentu pilihan dengan penambahan PLTU-PLTU di berbagai daerah yang memerlukan pasokan batu bara cukup besar.

Kebutuhan batu bara dalam negeri selama ini 50 juta ton per tahun. Tetapi untuk mendukung program nasional 10 ribu Mw, harus ada tambahan pasokan dalam negeri 50 juta ton lagi pertahun atau 100 juta ton per tahunnya. Sedangkan untuk ekspor saat ini sekitar 165 juta ton per tahun. Tetapi perkiraan tahun 2008 ini akan meningkat drastis pula seiring kian banyaknya permintaan batu bara dunia.

Oleh karena itu tak ada pilihan lain bagi 63 perusahaan tambang batu bara yang tergabung dalam APBI untuk tidak memanfaatkan peluang tersebut, kata dia. Berdasarkan data peran batu bara (PKP2B) dalam penerimaan negera seperti penerimaan negara dari royalti 13,5% tercatat Rp4,71 triliun, iuran tetap Rp16,52 miliar serta dari pajak badan Rp9 triliun dan devisa US$4,96 miliar, kata Jeffrey. (Ant/OL-03)

Sumber :
http://www.mediaindonesia.com/
17 Januari 2008.

Minggu, Februari 17, 2008

Lubang Biopori Cara Murah Antisipasi Banjir

Lubang Biopori Cara Murah Antisipasi Banjir

JAKARTA, SABTU - Banjir seolah telah menjadi pemandangan rutin di Jakarta. Setiap kali hujan mengguyur, sejumlah lokasi dan pemukiman penduduk di kota Jakarta sudah bisa diprediksi akan muncul genangan-genangan air. Hal tersebut tidak lepas dari semakin minimnya daerah resapan air akibat alih fungsi menjadi pemukiman penduduk. Sebagian besar tanah di Jakarta telah tertutup oleh beton. Tidak ada lagi celah bagi air hujan diserap oleh tanah, sementara sungai yang menjadi satu-satunya tempat pembuangan air juga tidak mampu menampung air hujan.

Makin sempitnya permukaan resapan di wilayah perkotaan perlu ditanggulangi dengan memperluas permukaan peresapan vertikal ke dalam tanah. Salah satunya teknologi lubang resapan biopori (LRB) yang diperkenalkan Kamir R. Brata, Staf Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Institut Pertanian Bogor. Selain mudah dibuat, LRB merupakan teknologi tepat guna yang ongkos pembuatannya murah. Setiap orang mungkin bisa membuatnya. Pada dasarnya, lubang biopori merupakan lubang vertikal ke dalam tanah yang berfungsi meningkatkan laju peresapan air hujan. Pembuatan lubang resapan biopori ke dalam tanah secara langsung akan memperluas bidang permukaan peresapan air, seluas permukaan dinding lubang.

Lubang resapan biopori ini menurut Kamir jauh lebih efektif dan efisien daripada membangun sebuah sumur resapan karena diameter lubang yang kecil akan mengurangi beban resapan, sehingga, laju peresapan air dapat dipertahankan. Pembuatannya lubang resapan biopori cukup sederhana, murah dan tidak membutuhkan lahan yang luas. Alatnyapun tergolong sederhana berupa bor hasil modifikasi Kamir R. Brata.

Lubang resapan biopori merupakan lubang silindris yang dibuat ke dalam tanah dengan diameter 10-30 centimeter , dengan kedalaman sekitar 100 centimeter atau jangan melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang tersebut kemudian diisi oleh sampah organik agar terbentuk biopori dari aktivitas organisme tanah dan akar tanaman. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah menyusut karena proses pelapukan.

Jumlah lubang resapan biopori juga tidak memakan lahan yang cukup luas menurut Kamir untuk daerah dengan intensitas hujan tinggi dan laju peresapan air sekitar 3 liter/menit maka setiap 100 meter persegi luas tanah, lubang biopori yang dibutuhkan sekitar 28 lubang. Jarak antarlubang perlu diperhatikan, minimal setiap lubang diberi jarak 30 cm. Agar lubang tidak rusak, bagian bibirnya diperkuat dengan semen.

Biaya pembuatan lubang resapan biopori ini juga relatif murah. Bor tanah untuk membuat lubang biopori hanya dibanderol Rp 175.000 – Rp 200.000. Biaya tersebut bisa berkurang bila 1 bor tanah dimiliki bersama oleh beberapa orang. Mau mencoba dengan alat kreasi sendiri? Silakan saja.(KP)

Sumber :
http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.02.16.19333232&channel=1&mn=42&idx=45
Sabtu, 16 Februari 2008 19:33 Wib

Jakarta Butuh 76 Juta Lubang Resapan Biopori

Jakarta Butuh 76 Juta Lubang Resapan Biopori

JAKARTA, SABTU - Ir. Kamir R. Brata, penemu teknologi pembuatan lubang resapan biopori dari Institut Pertanian Bogor mengungkapkan bahwa Jakarta idealnya membutuhkan sedikitnya 76 juta lubang resapan biopori sebagai salah satu alternatif penanggulangan banjir.

Lubang resapan biopori ini menurutnya berfungsi sebagai saluran resapan air hujan yang diperlukan di Jakarta meningat sebagian besar wilayah Jakarta tanahnya telah tertutup beton-beton. Hal ini Ia ungkapkan saat memberikan pelatihan pembuatan lubang resapan biopori bagi karyawan Kompas Gramedia, Sabtu (16/2).

Selain efektif untuk menanggulangi banjir lubang biopori secara otomatis akan memelihara keseimbangan hayati dan menjaga cadangan air tanah. ”Kelembaban tanah sekarang mulai berkurang karena tanah kurang air. Liat aja kalo di rumah kita lantainya retak. Itukan salah satu akibat kelembaban tanah berkurang. Tanah jadi ambles. Jangan diangap remeh lho,” ujarnya.

Kamir menegaskan pembuatan lubang resapan biopori sebenarnya mudah dipraktekan dan bisa dilakukan oleh semua orang, namun ia menyayangkan perilaku masyarakat Indonesia saat ini masih sering berhenti pada tataran kesadaran belum pada aksi nyatanya.

Sementara itu Herwinoto, Humas Kompas Gramedia, mengungkapkan pelatihan pembuatan lubang resapan biopori ini dilaksanakan sebagai salah satu upaya agar karyawan Kompas Gramedia juga peduli lingkungan dengan mempraktekkan pembuatan lubang resapan biopori di rumah mereka masing-masing.

Pelatihan pembuatan lubang resapan biopori ini menurut Herwinoto merupakan bagian dari kampenye peduli lingkungan. Rencananya pada akhir Maret mendatang Kompas Gramedia juga akan menggelar acara lingkungan hidup bertajuk Green Fest. (KP)

Sumber :

http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.02.16.15512935&channel=1&mn=10&idx=45
Sabtu, 16 Februari 2008 15:51 Wib

Mengebom Ikan Lebih Merugikan daripada Pembalakan Liar

Mengebom Ikan Lebih Merugikan daripada Pembalakan Liar

PADANG, JUMAT - Penggunaan bom dan racun untuk menangkap ikan laut yang menyebabkan kerusakan terumbu karang mendatangkan kerugian lingkungan hidup yang lebih besar dari dampak illegal logging (pembalakan liar hutan). "Bom dan racun untuk penangkapan ikan komersial sangat merusak kegiatan mahluk hidup di dasar laut," kata peneliti kelautan dan perikanan dari Program Pasca Sarjana Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPIK) Universitas Bung Hatta, Indrawadi di Padang, Jumat (15/2).

Ia menyebutkan, laporan jurnal ilmu pengetahuan konservasi biologi (The Scientific Journal Conservation Biology), memperingatkan struktur kehidupan dasar laut bisa rusak melebihi kerusakan hutan di darat. Dasar laut merupakan suatu ekosistem kompleks yang menyediakan hewan-hewan atau habitat dan makanan pokok untuk terus bereproduksi dan tumbuhnya ikan serta kehidupan laut lainnya.

"Setiap pengeboman bunga karang, remis atau kepiting, rumah-rumah cacing laut dan binatang-binatang air yang berkulit keras, akan rusak bahkan sekarang telah hampir punah seluruhnya," katanya. Menurut dia, pengeboman di laut telah merusak struktur dasar laut yang membutuhkan beberapa dekade atau abad untuk memulihkannya kembali. Ia menambahkan, tidak ada satu pun mahkluk di laut yang tidak terkena dampak fisik pengeboman dasar laut. Ketika struktur dasar laut seperti bunga karang dan terumbu karang musnah maka ikan, kepiting, bintang laut, cacing-cacing dan seluruh habitatnya akan hilang dan mati.

Mulai musnahnya keanekaragaman habitat dasar laut telah menjadi alasan kuat banyak jumlah dan jenis ikan-ikan berkurang di lautan dunia, katanya. Akibat dampak luar biasa itu para ilmuan mengajak pemerintah dalam sebuah jaringan kerja untuk melindungi dasar laut, seperti dengan kawasan lindung dan penjagaan, tambahnya. "Bahkan kini telah ditempuh program membiarkan ikan bertelur, merawat habitat ikan dan kehidupan dasar laut lainnya," kata Indrawadi.(ANT/WAH)

Sumber :

http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.02.15.2228549&channel=1&mn=42&idx=43
Jumat, 15 Februari 2008 22:28 Wib

Indonesia Desak Kerja Keras Dunia Atasi Perubahan Iklim

Indonesia Desak Kerja Keras Dunia Atasi Perubahan Iklim

NEW YORK, SELASA - Indonesia meminta seluruh negara di dunia bekerja lebih keras menjalankan Bali Action Plan, yaitu rencana global yang disepakati dalam Konferensi Perubahan Iklim di Bali pada 2007 untuk mengatasi masalah perubahan iklim dunia. Seperti yang disampaikan Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar di Markas Besar PBB, New York, Selasa (12/2), baik negara maju maupun negara berkembang harus benar-benar bertekad segara melaksanakan rencana aksi tersebut, mengingat waktu yang sudah mendesak.


"Harus diingat, kita hanya punya kesempatan yang singkat, yaitu hanya tahun 2008 dan tahun 2009 untuk membuat perincian empat tantangan, yaitu mitigasi, adaptasi, transfer teknologi dan pendanaan, termasuk dana untuk adaptasi dan masalah penebangan hutan," kata Rachmat ketika berbicara dalam sidang pleno Majelis Umum yang membahas masalah perubahan iklim. Menurut Menteri LH itu, negara-negara maju harus memimpin pelaksanaan Rencana Aksi Bali, namun ia juga menekankan pelaksanaan itu hanya dapat berhasil jika semua pihak, termasuk negara berkembang, sektor swasta, dan masyarakat ikut berpartisipasi dengan aktif. "Tindakan akan lebih banyak dilakukan negara berkembang sejalan dengan komitmen yang lebih ambisius dari negara-negara maju," ujarnya. Indonesia sendiri, kata Rachmat, akan terus memainkan peranan guna memastikan semua pihak yang berkepentingan bekerja sama mewujudkan komitmen dimulainya perundingan tentang perubahan iklim pada tahun 2009.

Konferensi Bali pada Desember tahun lalu yang diikuti oleh ribuan peserta dari 190 negara berhasil meletakkan dasar untuk merumuskan kerangka kerja baru setelah Protokol Kyoto berakhir tahun 2012. Peta Jalan Bali (Bali Road Map) yang juga disepakati pada konferensi tersebut memuat adanya pengakuan soal perlunya pengurangan gas buangan rumah kaca secara dramatis; protokol yang baru harus selesai pada tahun 2009 sehingga sudah dapat diterapkan mulai tahun 2012.


Peta tersebut juga mewajibkan negara maju untuk mengurangi emisi rumah kaca sementara negara berkembang diminta secara sukarela untuk melakukan hal yang sama; dan meminta ngera maju membagi teknologi ramah lingkungan kepada negara berkembang atau miskin untuk membantu mereka menghadapi dampak perubahan iklim. Dalam sidang Majelis Umum, Rachmat juga menyampaikan bahwa sebagai partisipasi pada tingkat nasional untuk menjalankan Rencana Aksi Bali, maka Indonesia telah meluncurkan Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk Perubahan Iklim. RAN tersebut akan dijadikan sebagai panduan semua pihak di Indonesia dalam upaya menangani masalah perubahan iklim.

Indonesia juga saat ini membentuk Pusat Perubahan Iklim sebagai titik pangkal untuk melaksanakan rencana aksi nasional, memfasilitasi dan mengawasi bantuan teknis serta kerjasama dengan masyarakat internasional dalam mengatasi perubahan iklim. "Kalau Center (Pusat Perubahan Iklim, red) ini sudah ada, tidak akan ada lagi keadaan yang tumpang tindih apalagi tarik menarik antara satu sektor dengan sektor yang lain," kata Rachmat usai memberikan pernyataan di sidang Majelis Umum. "Ini adalah perwujudan konkret permintaan kita supaya ada kerja sama secara terintegrasi. Jadi kita tidak omong kosong. Kita minta seluruh dunia semuanya sama-sama terkoordinasikan dan kita sendiri juga sudah melakukan itu," tambahnya.(ANT/WAH)

Sumber :

http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.02.13.22095747&channel=1&mn=42&idx=44
Rabu, 13 Februari 2008 22:09 Wib

Perlu Kesadaran Bersama Atasi Pemanasan Global

Perlu Kesadaran Bersama Atasi Pemanasan Global

JAKARTA, RABU - Pemanasan Global atau Global Warming yang terjadi saat ini bukanlah suatu masalah yang dapat diselesaikan dengan cepat. Perlu kesadaran bersama untuk menyelesaikan masalah yang akan dirasakan dampaknya di seluruh dunia, termasuk indonesia.

Dampak perubahan iklim, seperti naiknya permukaan laut, akan menyebabkan tenggelamnya pulau-pulau kecil. Naiknya suhu laut mengakibatkan hasil perikanan akan menurun. Naiknya suhu udara akan meningkatkan berkembangnya penyakit. Peningkatan curah hujan akan meningkatkan banjir dan longsor, juga perubahan musim tanam, dan peningkatan penguapan serta peningkatan intensitas badai tropis akan menyebebakan rawan transpotasi.

"Menurut data yang diperoleh World Bank, sebagian negara berkembang yaitu 80 persennya kehilangan tiga kali hasil negaranya akibat perubahan iklim yang terjadi. 4,3 triliuan dollar AS, negara-negara berkembang mengalami kerugian akibat perubahan iklim," kata Ari Muhammad, Climate Policy and Adaptation Coordinator WWF, saat menjadi narasumber dalam diskusi mengenai pemanasan global yang diselenggarakan oleh Society of Indonesia Environmental Journalist (SIEJ) bekerja sama dengan World Wildlife Fund (WWF) di Bebek Bali, Taman Ria Senayan, Jakarta, Rabu (13/2).

Semuanya ini merupakan akibat dari perubahan iklim di Bumi yang dipicu kegiatan tidak ramah lingkungan di berbagai belahan dunia. Untuk mengatasinya sudah seharusnya menjadi tanggung jawab semua pihak. "Indonesia sendiri perlu perencanan aksi perubahan iklim yang menarik seluruh sektor dan berbagai stakeholder (pemangku kepentingan) untuk bersama-sama mengatasi masalah ini" ujar Sulistyowati, Asisten Deputi Urusan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim, Kementrian Lingkungan Hidup.

Pihaknya telah menyiapkan bentuk edukasi tentang masalah pemanasan global agar semua orang dapat mengetahui dan mempelajarinya sehingga sama-sama dapat mengerjakan begiannya masing-masing. Salah satunya dengan mengeluarkan buku yang berisi rencana aksi perubahan iklim yang memiliki lima bab.

Menurut Prof.Dr.Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS, Kepala pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor, ada tiga strategi yang harus dikembangkan dalam meminimalisasi dampak pemanasan global. Pertama, strategi kembali ke alam (back to nature) dengan menjaga kondisi alam agar tetap terpelihara dengan baik,. Kedua, strategi penyadaran masyarakat melalui kampanye, penyuluhan, pelatihan, dan pendidikan terhadap lingkungan. Ketiga, strategi advokasi kebijakan pembangunan sehingga aspek pemanasan global masuk dalam kebijakan dan stategi pembangunan nasional, sehingga melalui kebijakan dan langkah nyata mampu menggerakan aparat pemerintah, swasta maupun masyarakat.

Dengan strategi-strategi yang dapat dilakukan bersama-sama oleh semua bagian masyarakat dapat menghasilkan keberhasilan Indonesia dalam melakukan adaptasi pemanasan global yang akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi dunia. Karena posisi Indonesia yang sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan potensi alam terbesar, diharapkan dapat mendukung program-program nasional maupun internasional dalam memerangi pamenasan global. "Mulailah dari hal-hal yang kecil dan itu akan membantu mengatasi pemanasan global" ujar Ari menutup wawancara.(M1-08)

Sumber :

http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.02.13.2143217&channel=1&mn=42&idx=44
Rabu, 13 Februari 2008 21:43 Wib

Sekjen PBB Serukan Kerjasama Atasi Pemanasan Global

Sekjen PBB Serukan Kerjasama Atasi Pemanasan Global

NEW YORK, SELASA - Kesepakatan untuk melawan pemanasan global yang dihasilkan dalam Bali Roadmap di Nusa Dua, Bali akhir tahun lalu mulai ditindaklanjuti. Debat dua hari diselenggarakan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York, AS untuk mendukung pakta baru yang akan diselesaikan pada 2009. "Jika 2007 merupakan tahun yang menjadi puncak agenda perubahan iklim, 2008 merupakan saatnya kita melakukan aksi bersama," ujar Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, Senin (11/2) waktu New York. Debat dua hari dihadiri sejumlah delegasi negara-negara anggota PBB, pengusaha, dan tokoh terkemuka.

Pertemuan ini merupakan tindak lanjut konferensi kerangka perubahan iklim (UNFCC) di bali yang dihadiri delegasi 190 negara. Konferensi tersebut telah menyepakati pembentukan cetak biru untuk mengendalikan perubahan iklim paling lambat akhir tahun 2009 untuki menggantikan Protokol Kyoto yang berakhir tahun 2012. "Konferensi menetapkan apa yang harus dilakukan, sekarang pekerjaan sebenarnya dimulai. Tantangannya besar. Kita memiliki waktu kurang dari dua tahun untuk menyusun kesepakatan tersebut berdasarkan data-data ilmiah yang ada," kata Ban.

Ban menyerukan kepada pemerintah, organisasi, dan individu di seluruh dunia untuk bahu-membahu membantu melanjutkan momentum yang tidak akan datang dua kali. Konferensi di Bali merupakan lompatan besar dalam usaha melawan perubahan iklim akibat pemanasan global yang mehairkan Bali Roadmap.

AS yang sebelumnya tidak meratifikasi Protokol Kyoto telah menyepakati Bali Roadmap. Komitmen AS sangat ditunggu-tunggu karena sebagai salah satu negara industri yang menyumbang emisi besar di dunia. Sebelum debat, Sekjen PBB sebelumnya telah merilis laporan baru yang menyatakan bahwa kerugian akibat pemanasan global akan mencapai 20 triliun dollar AS selama dua puluh tahun ke depan. Laporan ini akan menjadi salah satu topik perdebatan yang dihadiri sejumlah tokoh, seperti milyarder Inggris Richard Branson dan artis Daryl Hannah.(AP/WAH)

Sumber :

http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.02.12.19114864&channel=1&mn=42&idx=44
Selasa, 12 Februari 2008 19:11 Wib

Pemanasan Global Ancam Kepunahan Penguin Raja

Pemanasan Global Ancam Kepunahan Penguin Raja

WASHINGTON, SELASA - Dampak pemanasan global membuat penguin kehilangan habitat dan sumber kehidupannya. Penguin yang hidup dari memangsa ikan dan cumi-cumi di ujung utara Kutub Selatan (Antartika) terancam terus berkurang karena pasokan pangan mereka menurun seiring menghangatnya laut.

Penguin raja, spesies terbesar kedua setelah setelah penguin emperor, berada pada urutan atas rantai makanan di lingkungan hidup mereka di sub-Antartika. Spesies tersebut hidup dengan memangsa ikan kecil serta cumi-cumi dan bukan dari memangsa sejenis tiram, hewan laut berkulit keras yang disukai mamalia laut tersebut. Kondisi itu membuat penguin raja menjadi petunjuk yang baik mengenai perubahan dalam ekosistem mereka. Demikian laporan para ilmuwan yang diterbitkan di dalam Proceedings of the National Academy of Sciences edisi Februari 2008.

Para ilmuwan CNRS Institut Pluridisciplinaire Hubert Curien di Strasbourg, Perancis, mempelajari penguin raja di Possession Island di bagian selatan Samudra Hindia selama sembilan tahun. Mereka mendapati bahwa tingginya temperatur permukaan laut di daerah tempat penguin itu menghabiskan musim dingin mengurangi banyak mangsa laut mereka yang tersedia, yang pada gilirannya mengurangi angka kelangsungan hidup penguin raja dewasa.

Studi mereka menemukan kemerosotan sembilan persen populasi penguin dewasa untuk setiap 0,26 derajat Celsius pemanasan permukaan air laut. Itu berarti, penguin tersebut dapat menghadapi resiko lebih besar dalam skenario pemanasan global saat ini, yang meramalkan peningkatan 0,2 derajat Celsius pemanasan permukaan air laut setiap dasawarsa selama 20 tahun mendatang.(ANT/WAH)

Sumber :

http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.02.12.17440411&channel=1&mn=42&idx=44
Selasa, 12 Februari 2008 17:44 Wib

Serupa Tapi Beda, Kutub Utara dan Selatan

Serupa Tapi Beda, Kutub Utara dan Selatan

JAKARTA, SENIN - Sebagian di antara Anda pasti sudah tahu bahwa penguin hanya ditemukan di Kutub Selatan. Jangan harap bertemu burung yang kelihatan imut-imut itu di kutub utara. Meski serupa, sama-sama daratan di ujung planet Bumi yang didominasi es, kutub utara dan kutub selatan menyimpan banyak perbedaan. Penguin hanya salah satu contoh perbedaan saja.

Wilayah es Arktik di kutub utara pada dasarnya merupakan lautan beku yang dikelilingi daratan yang sering disebut lingkaran Arktik (Arctic Circle). Sebaliknya, Antartika di kutub selatan adalah daratan benua dengan wilayah pegunungan dan danau berselimut es yang dikelilingi lautan.

Benua Antartika mengandung hampir 90 persen es di seluruh dunia. Jika dicairkan, seluruh es Antartika cukup untuk memenuhi tiga perempat kebutuhan air minum di seluruh dunia. Maka jangan heran kalau Pangeran Mohammed Al Faisal dari Saudi Arabia pernah berencana mengangkut 100 juta ton es dari Antartika ke negaranya. Benua Antartika jauh lebih dingin daripada Arktik sehingga bahkan terdapat lapisan es di sana yang tidak pernah meleleh sepanjang sejarah. Temperatur rata-ratanya -49 derajat Celcius. Suhu terdingin pernah tercatat pada 21 Juli 1983 sebesar -89,6 derajat Celcius di Stasiun Vostok, dekat kutub geomagnetik selatan. Sementara Arktik memiliki temperatur rata-rata lebih tinggi sekitar -34 derajat Celcius.

Karena suhu yang lebih hangat ini, terbentuknya lubang ozon di atas kutub utara tidak separah kutub selatan. Sebab, suhu yang lebih hangat menyebabkan pembentukan awan stratosfer yang merusak lapisan ozon lebih sedikit. Meski demikian, lapisan stratosfer di atas kutub utara mengalami pendinginan dari tahun ke tahun sehingga lubang ozon semakin besar. Mungkin tak akan sebasar lubang ozon di Antartika yang mencapai luas benua Eropa.

Daratan es yang didominasi lapisan es tipis di Arktik lebih mudah retak saat musim panas tiba. Bahkan, laporan terakhir menyebutkan, ratakan es telah melanda seluruh bagian Arktik saat tiba musim panas. Di Antartika retakan lapisan es melanda wilayah-wilayah tepian saja namun sekali lepas, pulau es yang mengapung bisa berlayar dari Antartika sampai ke Selandia Baru.

Sampai saat ini, wilayah Kutub Utara masih menjadi rebutan di antara negara-negara adikuasa. Russia sudah buru-buru mengklaim kekuasaannya di kutub utara dengan menancapkan bendera di dasar perairannya tahun lalu. Russia sudah menyipakan pengeboran gas di Lomonosov Ridge, barisan pegunungan bawah laut pada kedalaman 1920 meter untuk memperoleh 10 miliar ton gas. Tetapi, AS juga tak mau kalah dengan mengirim kapal pemecah es Coast Guard untuk memetakan kembali batas wilayahnya di Alaska sebelum lapisan es di sana terus menyusut karena pemanasan global. Badan Survei Geologi AS memperkirakan terdapat kandungan minyak di bawah Arktik sampai seperempat kandungan minyak dunia.

Meski Kutub Selatan diperkirakan juga menyimpan minyak terutama di sekitar Laut Ross, kemungkinan ditambang saat ini sangat kecil. Antartika telah mendapat perlindungan sesuai Traktat Antartika yang melarang siapapun melakukan segala bentuk eksplorasi minyak dan menjadikan Antartika kawasan damai serta riset bersama. Sepanjang sejarah, Antartika memang tidak pernah dikuasai siapapun dan tidak ada penduduk asli di sana. Kontras sekali dengan wilayah lingkaran Arktik yang terdapat beberapa kota berpenduduk seperti Barrow di Alaska, Tromso, Norwegia, serta Muramansk dan Salekhaard, Russia. Di kutub utaralah orang-orang Eskimo bermukim.

Selain itu juga, hanya di Arktik saja beruang kutub bisa ditemukan secara alami. Mungkin ini juga alasan paling kuat mengapa penguin yang hanya ditemukan di kutub selatan tidak pernah menggunakan sayapnya untuk terbang. Hidup di wilayah kekuasaan masing-masing, penguin dan beruang kutub sama-sama makan ikan dan menempati puncak rantai makanan.(LIVESCIENCE/WAH)

Sumber :

http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.01.21.16010512&channel=1&mn=53&idx=44
Senin, 21 Januari 2008 16:01 Wib

Perubahan Iklim Fokus Konferensi Kelautan Dunia

Perubahan Iklim Fokus Konferensi Kelautan Dunia

MANADO, JUMAT - Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah konferensi dunia untuk menghadapi dampak perubahan iklim global dalam World Ocean Conference (WOC). Kegiatan bertaraf internasional yang akan digelar di Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut), 11-15 Mei 2009 itu akan menjadi momentum penyelamatan dunia dari ancaman perubahan iklim. "Saatnya kita mengubah paradigma pembangunan dari daratan ke laut, karena terumbu karang di laut paling banyak menyerap CO2 dari permukaan bumi ini," kata kata Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP), Freddy Numberi, saat peletakan batu pertama pembangunan Grand Kawanua International City, di Manado, Jumat (18/1).

WOC atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Dunia tentang kelautan akan menghadirkan puluhan kepala negara yang memiliki laut. Konferensi ini diharapkan dapat menghasilkan deklarasi serta roadmap penyelamatan laut. Indonesia akan menjadi pemain utama dalam upaya penyelamatan laut, karena perubahan iklim turut memberikan ancaman dunia, disebabkan es kutub utara dan selatan terus mencair. Masalah kriminalitas di laut seperti aksi illegal fishing yang turut merusak terumbu karang, merupakan salah satu andil besar terhadap ancaman laut, sehingga perlu diberikan perhatian serius dari semua pihak.

Menurut Numberi, Indonesia yang sebagian besar memiliki wilayah laut, memiliki terumbu karang sangat besar sekitar 257 ribu kilometer persegi, di wilayah konservasi 8,3 juta hektare. Wilayah ini mampu menyerap karbon dioksida (CO2) sebanyak 265 juta ton. "Besarnya aneka terumbu karang laut di Indonesia, perlu dijaga untuk menyelamatkan dunia dari ancaman perubahan iklim," ungkapnya.

Sebelumnya, Australia, Amerika Serikat dan enam negara anggota Coral Trade International (CTI), telah menyatakan dukungan untuk mengikuti WOC di Kota Manado. Bahkan AS telah memberikan bantuan anggaran sebesar 4,3 juta dolar AS dan 1,3 juta dolar dari Australia untuk Indonesia melalui penyelamatan kawasan laut dan konservasinya. Anggaran dari dua negara besar tersebut merupakan bagian dari pemantapan pelaksanaan WOC di Kota Manado.(ANT)

Sumber :

http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.01.18.18192766&channel=1&mn=42&idx=44
Jumat, 18 Januari 2008 18:19 Wib

2.000 Pulau Bakal Tenggelam

2.000 Pulau Bakal Tenggelam

JAKARTA, KAMIS - Akibat perubahan iklim dan naiknya permukaan air laut, diperkirakan sekitar 2.000 pulau di Indonesia pada tahun 2030 akan tenggelam. Karena itu, berbagai upaya untuk memperlambat pemanasan global harus dilakukan. Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar mengatakan hal itu sebelum acara penyerahan Sinar Mas Global Warming Competition Award, Rabu (16/1) di Jakarta.

Rachmat Witoelar mengatakan, dalam catatan rata-rata tahunan, tahun 1998 memiliki rekor suhu terpanas mencapai 26,5 derajat Celsius, naik 1 derajat Celsius dari rekor sebelumnya. Meningkatnya pemanasan secara global ini memengaruhi permukaan air laut yang makin meningkat pula. Rachmat juga mengemukakan, hasil pemantauan tinggi permukaan air laut yang dilakukan pada 1925-1989 cenderung meningkat. Di Jakarta kenaikan permukaan air laut 4,38 milimeter per tahun, Semarang 9,27 milimeter per tahun, dan Surabaya 4,38 milimeter per tahun. Untuk memperlambat pemanasan global, banyak hal yang bisa dilakukan. Bagi kalangan pengusaha diimbau agar perusahaannya jangan mengeluarkan polusi ke udara. Di sisi lain harus menyiapkan dana dan melakukan upaya penghutanan kembali.

Dalam upaya membangun kesadaran bagi masyarakat mengenai dampak dari pemanasan global, Garin Nugroho dari PT Karya SET Film bekerja sama dengan Kementerian Negara Lingkungan Hidup dan Sinar Mas mengadakan kegiatan workshop lingkungan hidup, lomba iklan layanan masyarakat, film, dan poster lingkungan hidup. (NAL)

Sumber :
http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.01.17.15485648&channel=1&mn=42&idx=44
Kamis, 17 Januari 2008 15:48 Wib

Al Gore: Perubahan Iklim Datang Lebih Cepat

Al Gore: Perubahan Iklim Datang Lebih Cepat

DAVOS, KAMIS - Mantan wakil presiden AS yang aktif melakukan kampanye lingkungan, Al Gore, menyatakan bahwa perubahan iklim terjadi lebih cepat dari prediksi terburuk selama ini. Hal tersebut disampaikannya di depan World Economic Forum di Davos, Swiss, Kamis (24/1). "Krisi perubahan iklim sungguh lebih buruk dan berlangsung lebih cepat daripada proyeksi IPCC yang paling pesimistik," ungkap Gore yang juga penerima Nobel Perdamaian 2007 bersama IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), salah satu organisasi di bawah Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Gore mencontohkan, ramalan-ramalan baru menunjukkan bahwa lapisan es di Kutub Utara mungkin hilang saat musim panas dalam lima tahun ke depan. Luas lapisan es di Kutub Utara yang meleleh terus bertambah setiap musim panas dalam beberapa dekade terakhir.

Perubahan iklim merupakan tema utama dalam pembahasan forum yang dihadiri wakil-wakil pemerintah dan industri. Kelaparan menjadi salah satu dampak yang juga mendapat perhatian khusus karena terkait lansgung dengan dampak perubahan iklim.(AFP/WAH)

Sumber :
http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.01.24.17212970&channel=1&mn=42&idx=44
Kamis, 24 Januari 2008 17:21 Wib

Kutub Utara Kehilangan Es Seluas 10 Kali Pulau Jawa

Kutub Utara Kehilangan Es Seluas 10 Kali Pulau Jawa

PARIS, KAMIS - Sepanjang dua tahun terakhir, wilayah Arktik di Kutub Utara kehilangan lapisan es seluas dua kali wilayah Prancis atau sepuluh kali luas Pulau Jawa. Demikian hasil pengukuran yang dilakukan National Centre for Scientific Research (CNRS) yang berbasis di Paris, Prancis.

Pada pengukuran yang dilakukan pada September 2007, lapisan es di Arktik hanya seluas 4,13 kilometer persegi atau turun dari 5,3 kilometer persegi dari setahun sebelumnya. Artinya, lapisan es yang hilang mencapai 1,17 kilometer persegi. Luas Pulau Jawa sendiri sekitar 130.000 kilometer persegi. "Tahun 2008 menjadi tahun kritis bagi setiap tingkatan, pelelahan ini mencapai jutaan berikutnya pada musim panas tahun 2008," kata Jean-Claude Gascard, direktur lembaga tersebut seperti dikutip dari AFP, Kamis (24/1). Gascard memimpin misi ekspedisi ilmiah Damocles menggunakan kapal Tara untuk menjelajahi Perairan Arktik selama 16 bulan berturut-turut.

Hampir seluruh wilayah Arktik mengalami pengurangan terus-menerus. Dalam 20 tahun terakhir, sudah 40 persen lapisan yang meleleh dengan rata-rata dari 1,5 meter hingga tiga meter. Kenaikan suhu atmosfer yang membuat musim panas lebih menyengat menjadi biang semakain cepatnya pelelahan lapisan es di Arktik. Para peneliti mencatat suhu udara sudah mencapai 10 derajat Celcius pada ketinggian antara 500 hingga 1000 meter. Bahkan, pada musim panas 2007, wilayah Northwest Passage, untuk pertama kalinya menjadin perairan terbuka. Padahal, wilayah tersebut dikenal sebagai daratan es yang senantiasa menghubungkan Eropa dan Asia sejak pengamatan dilakukan pada tahun 1978. Kementrian Lingkungan Kanada mengatakan kondisi tersebut berlangsung lima minggu dan sempat dilalui 100 kapal.(AFP/WAH)

Sumber :
http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.01.24.22012080&channel=1&mn=42&idx=44
Kamis, 24 Januari 2008 22:01 Wib

Pembangunan Berbasis Rendah Karbon Harus Segera Dilakukan

Pembangunan Berbasis Rendah Karbon Harus Segera Dilakukan

JAKARTA, KAMIS - Indonesia perlu segera menyiapkan strategi dan mengambil langkah nyata menuju pembangunan berbasis rendah karbon yang akan berdampak pada pembangunan Indonesia yang berkelanjutan dan berkualitas.Demikian pandangan yang disampaikan Institute for Essential Services Reform (IESR) dan WWF-Indonesia dalam diskusi “Developing Visions for Low Carbon Economy in Indonesia”, Kamis (31/1).

Pemanasan global dan perubahan iklim telah terjadi dan menimbulkan dampak multidimensi di tingkat global. Fenomena ini terjadi akibat pembangunan dan aktivitas ekonomi negara-negara maju selama dua abad terakhir dengan membakar bahan bakar fosil. Di saat yang bersamaan, terjadi perubahan tata guna lahan dan perusakan hutan yang meningkatkan volume gas-gas rumah kaca di atmosfer.

Produksi gas rumah kaca Indonesia mengalami kenaikan pesat dalam satu dekade terakhir. Sumber-sumber emisi terbesar berasal dari sektor energi (pembangkitan listrik, konversi energi, industri, dan transportasi) dan perubahan tata guna lahan (land-use change).

Studi yang dilakukan IESR dan WWF Indonesia tahun 2007 lalu memperkirakan, di tahun 2025, emisi Co2 akan meningkat tiga kali lipat menjadi 300 juta ton dengan asumsi moderat volume emisi CO2 equivalent dari pembangkitan listrik di Jawa-Bali. Ini bakal terjadi jika pasokan listrik masih bertumpu pada teknologi pembangkitan berbasis batubara dan bahan bakar fosil lainnya.

Fitrian Ardiansyah, Direktur Program Iklim & Energi, WWF-Indonesia menilai seharusnya Indonesia tidak perlu mengulangi kesalahan negara-negara maju yang berbasis tinggi karbon. Indonesia bisa memilih model pembangunan berbasis rendah karbon, tanpa menurunkan kualitas dan hasil pembangunan itu sendiri, sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan. “Jika hal ini dilakukan, maka Indonesia sebagai negara berkembang telah mengimplementasikan hasil COP 13, yaitu Bali Action Plan, yaitu menurunkan emisi secara sukarela.”

Alasan kuat mengapa Indonesia harus beralih adalah, “Laju pengurasan sumberdaya energi konvensional yang semakin cepat,” ungkap Fabby Tumiwa, Direktur IESR. Sebagai contoh, fenomena “peak oil” mulai dialami Indonesia sejak pertengahan tahun 70-an dan mungkin akan dialami dunia dalam waktu singkat. Demikian juga dengan “peak-coal” dalam 2 hingga 4 dekade mendatang. Akibat dari keterbatasan pasokan energi primer ini, harga menjadi sangat mahal dan politis.

Mengutip studi yang dilakukan APERC tahun 2006, Indonesia akan menjadi net-importer energi primer pada tahun 2030. “Kalau kita tidak segera beralih kepada sumber energi alternatif dan terbarukan, dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, pembangunan Indonesia akan menjadi mahal dan biaya impor energi yang harus ditanggung tentu saja sangat besar,” jelas Fabby lagi.

Diskusi yang merupakan kick-off dari sebuah serial diskusi sepanjang tahun 2008 ini diharapkan dapat menjadi stimulus sekaligus menciptakan tekanan bagi para pembuat kebijakan terkait, pelaku ekonomi, dan masyarakat umum, untuk segera merumuskan strategi dan rencana aksi kongkrit penerapan pembangunan ekonomi berbasis karbon rendah. “Forum ini penting untuk memulai pembahasan yang serius agar Indonesia punya rencana pembangunan yang secara ekonomi nyata namun tidak menimbulkan dampak emisi gas rumah kaca yang serius,” jelas Fitrian.

Fabby menambahkan, “Waktu kita sangat terbatas untuk menciptakan sistem ekonomi yang tidak tergantung pada bahan bakar fosil, tetapi dengan melakukannya secara lebih dini, kita dapat menghindari kehancuran ekonomi di masa depan.”

Sumber :
http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.01.31.23191394&channel=1&mn=42&idx=44
Kamis, 31 Januari 2008 23:19 Wib

Pertanian Berbasis Keluarga Punya Andil Kurangi Pemanasan Global

Pertanian Berbasis Keluarga Punya Andil Kurangi Pemanasan Global

JAKARTA, KCM - Pertanian berkelanjutan yang berbasis keluarga mempunyai andil dalam mengurangi pemanasan global. Salah satu contohnya, dengan tidak memanfaatkan pupuk dan racun kimia berarti petani mempunyai andil dalam mengurangi energi atau emisi yang menjadi sumber pemanasan global. Hal itu disampaikan Ketua Umum Serikat Petani Indonesia, Henry Saragih, usai mengikuti talk show menyangkut laporan publik pasca KTT Perubahan Iklim yang telah berlangsung di Bali, oleh Gerak Lawan, salah satu jaringan WALHI, pada Rabu (15/1) di Kafe Darmint, Jakarta Utara.

Henry menambahkan saat ini masyarakat Indonesia harus lebih memprioritaskan diri untuk memproduksi tanaman pangan yang bisa langsung dikonsumsi oleh masyarakat, bukan untuk kepentingan industri. "Jadi kita memproduksi hasil pertanian itu untuk kebutuhan kita dulu. Demikian juga dengan energi yang diproduksi dipakai untuk kepentingan kita dulu. Kita tidak menjual hasil pertanian untuk negara lain," kata Henry.

Untuk itu, lanjut Hendry, pemerintah Indonesia harus mengembangkan sistem ekonomi yang bertolak pada kekuatan rakyat Indonesia. Misalnya, benih-benih tanaman harus berasal dari rakyat. Selain itu, masing-masing wilayah di Indonesia harus mampu memproteksi sumber daya alamnya dan para petani harus mempunyai akses yang cukup mudah dalam meningkatkan hasil pertanian.

Sumber :
http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.01.16.19000166&channel=1&mn=42&idx=44
Rabu, 16 Januari 2008 19:00 Wib

BKSDA Sultra Amankan Burung Bersayap Dua Meter

BKSDA Sultra Amankan Burung Bersayap Dua Meter

Kendari (ANTARA News) - Kantor Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sulawesi Tenggara (Sultra) mengamankan seekor satwa langka burung Pelican Australian (Pelecanus Conspiciccanus) atau Undan Kacamata (sebutan dalam bahasa Indonesia).Kepala BKSDA Sultra Fred Kurung di Kendari, Minggu, mengatakan, Undan Kacamata yang lebar sayapnya sekitar dua meter dapat terbang melintas antarnegara.

Pelican Australian yang beratnya mencapai 15 kilogram ditemukan nelayan diperairan bagian timur Indonesia yang berbatasan dengan Australia. "Yang jelas Pelican Australian adalah burung yang habitatnya di laut tetapi kami bingung mau lepaskan dimana karena diperairan Sultra tidak ada burung seperti ini," katanya.Dua alternatif bagi burung Pelican Australian, yakni dikembalikan ke habitatnya --dilaut-- atau diserahkan ke Lembaga Konservasi yang profesional mengurus satwa liar, antara lain, Taman Safari di Jakarta. Pelican Australia diserahkan Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Daerah (Bapedalda) Sultra, Ilham Latif.

Data dari Buku tentang Jenis Burung bahwa Pelican Australian yang bulunya berwarna dominan putih dan sedikit warnah hitam sebarannya di jazirah Wallacea (Sulawesi, Kepulauan Banggai, Halmahera, Seram, Ambon, Kepulauan Banda, NTB dan perairan perbatasan Indonesia-Australia). Pelican Australian yang tingginya sekitar 90 Cm setiap hari mengkomsumsi ikan hidup sekitar 3 Kg. "Sulit mengurus burung Pelican Australian karena harus disuguhi ikan hidup," kata pegawai BKSDA Sultra, Sahid.(*)

Sumber :
http://www.antara.co.id/arc/2008/2/3/bksda-sultra-amankan-burung-bersayap-dua-meter/
03/02/08 08:27

BKSDA: Gajah di Hutan Sumbar Punah

BKSDA: Gajah di Hutan Sumbar Punah

Padang (ANTARA News) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) menyatakan populasi gajah di 12 kawasan hutan konservasi di Sumatera Barat, diduga punah, karena sudah dalam kurun waktu belasan tahun terakhir hewan itu sudah tidak terlihat lagi. "Data secara rinci tentang populasi gajah yang tersisa tidak ada di BKSDA, sebab dalam belasan tahun terakhir tak terdengar muncul di kawasan hutan provinsi itu," kata Rusdian, staf bagian penanganan konflik satwa di BKSDA Sumbar, di Padang, Kamis.

Menurut dia, diyakini satwa dilindungi tersebut nyaris tak ada lagi di hutan Sumbar, jika pun ada sepuluh tahun terakhir pasti ditemukan masyarakat, bisa jadi datang dari kawasan hutan konservasi Provinsi Riau. Terkait habitatnya di provinsi tetangga itu yang kian terganggu sehingga sewaktu-waktu bisa masuk ke hutan Sumbar, namun hal itu jarang terjadi. "Pada tahun 1980-an memang masih ada gajah di Sumbar, tapi belakangan tak lagi ada laporan temuan gajah oleh warga yang bermukim di pinggir hutan," tuturnya.

Kabarnya, pernah ada gajah yang ditemukan oleh para pemburu satwa di kawasan hutan Kabupaten Lima Puluh Kota --perbatasan dengan Riau--, begitu juga di hutan perbatasan Sumbar dengan Jambi. Kepunahan gajah di hutan Sumbar diduga akibat habitatnya yang kian terganggu sebagai dampak dari aksi pembalakan liar dan juga faktor geografis kawasan hutan Sumbar yang banyak perbukitannya.Gajah lebih banyak berkembang pada kawasan hutan yang tanahnya datar, karena sistem kehidupan satwa itu, berjalan secara berombongan dan daerah teritorialnya selalu memutar. "Jika ada konflik antara gajah dengan manusia, biasanya karena jalur teritorialnya terganggu, dan tiap tahun konflik akan tetap terjadi," katanya. Satwa berbelalai itu sistem hidupnya memutar tiap tahunnya akan terus melewati jalan yang pernah ditempuhnya.(*)

Sumber :
http://www.antara.co.id/arc/2008/1/31/bksda-gajah-di-hutan-sumbar-punah/
31/01/08 11:19

Pulau Runduma Surganya Penyu

Pulau Runduma Surganya Penyu

Sulawesi Tenggara (ANTARA News) - Runduma adalah surga bagi penyu. Disebut demikian karena di pulau berpasir putih ini, para penyu bebas beranak-pinak membentuk koloni, tanpa gangguan manusia. Pulau di tengah Laut Banda dan termasuk wilayah Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara ini, sesungguhnya bukan pulau tak berpenghuni. Ada 140 kepala keluarga yang bermukim di pulau itu yang sangat mencintai alam dan pulau mereka, sehingga penyu merasa aman hidup berdampingan.

Terumbu karang di perairan Laut Banda juga masih lestari. Warga Desa Runduma, Kecamatan Tomia menghargai kehidupan biota laut dan sangat menjaga terumbu karang di kawasan itu. Mereka tak pernah merusaknya, karena terumbu karang bagi mereka seperti "ibu", yang memberi kehidupan. Mereka menangkap ikan hanya dengan menggunakan alat konvensional, seperti pukat dan jala saja. Mereka pantang menggunakan alat modern apalagi sampai melakukan pemboman ikan yang dapat merusak terumbu karang. Mereka paham terumbu karang adalah tempat berkembang biaknya biota laut, khususnya ikan dan penyu. Jika terumbu karang hancur maka ikan dan penyu tak akan ada lagi.

Khusus penyu, di sebelah Pulau Runduma terdapat pulau kecil yang sama sekali tidak berpenghuni. Di pulau tanpa nama, rakyat Runduma membiarkan penyu-penyu bertelur. Untuk mengawasi perkembangbiakan penyu, pengawas dari Taman Nasional Wakatobi setiap bulan melakukan kunjungan. Tujuannya untuk melihat, sekaligus menghitung pertambahan populasi penyu di sekitar pulau tersebut. Sebelum pegawas Konservasi Taman Nasional Wakatobi meningkatkan pengawasan di sekitar terumbu karang Wakatobi, kerap kali pengganggu dari luar Wakatobi datang melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak. Bahkan ada yang berani melakukan pembiusan dengan kompresor. Mereka menyelam hingga ke dasar karang menebar bius dan membunuh ikan dan biota laut lain.

Akibat perbuatan tersebut, terumbu karang rusak. Ikan-ikan yang belum saatnya dipanen mati terkena bius ikan. Menurut Siwa, warga Desa Runduma, yang melakukan pengembomam, pembiusan dan perburuan telur penyu dan sekaligus penyunya adalah warga di luar Pulau Runduma. "Namun, kami warga Runduma yang kerap dituding melakukan itu semua. Padahal bukan kami, melainkan orang luar yang datang merusak terumbu karang," kata Siwa.Agar populasi penyu tetap terpelihara dengan baik di Pulau Runduma, Bupati Wakatobi, Hugua, terus meningkatkan pengawasan, baik pengawasan pihak Taman Nasional Wakatobi, instansi teknis terkait maupun kelompok masyarakat yang sudah mendapat pembinaan.

Ternyata pengawasan bukan satu-satunya cara yang efektif agar kelestarian terumbu karang tetap terpelihara hingga biota laut tetap berkembangbiak dengan baik, pendekatan budaya lokal lebih efektif, kata Hugua yang juga aktivis lingkungan itu. Sang Bupati yang pernah menyaksikan cara penyu bertelur di hamparan pasir Pulau Runduma, mengatakan bahwa penyu memiliki cara unik untuk mengelabui perbuatan tangan-tangan jahil. Misalnya saja, penyu bertelur dengan cara menggali pasir, penyu berjalan beberapa meter lalu kemudian menghilangkan jejak kakinya.

500 Jenis

Wakatobi memiliki lebih dari 500 jenis terumbu karang yang tersebar pada "atol" terpanjang di dunia yang mencapai 47 kilometer. Secara umum jenis karang yang mendominasi ekosistem terumbu karang di daerah ini adalah "Acropora spp dan Porites spp". Kehidupan biota laut sangat indah. Ikan-ikan yang hampir tidak dijumpai di perairan lain di Indonesia, bahkan di negara mana pun dapat ditemui di Wakatobi. "Sea hourse", ikan kodok, ikan Napoleon, ikan termahal di dunia masih dapat ditemukan di sela-sela terumbu karang Wakatobi.Perhatian terhadap terumbu karang Wakatobi bukan hanya pemerintah daerah tetapi telah menarik perhatian dunia. Oleh Bank Dunia anggaran yang dikucurkan melalui program Coral Reef Rehabilitation and Management Program (Coremap) telah mencapai puluhan miliar rupiah.

Kadis Perikanan dan Kelautan Sultra, Askabul Kijo mengatakan, kelestarian terumbu karang membutuhkan perhatian semua pihak. Kehadiran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk melestarikan terumbu karang dan biota laut membantu pemerintah daerah, kata Askabul. Pengunjung yang berminat menikmati wisata di gugusan empat pulau besar di Wakatobi (Wanci, Kaledupa, Tomia dan Binongko) dapat menggunakan beberapa alternatif.

Wisatawan bisa menggunakan transportasi udara milik investor wisata Mr. Lorens di Pulau Onemobaa. Transportasi udara ini merupakan satu-satunya yang bisa menjangkau Wakatobi. Itupun harus melalui bandara udara Ngurah Rai, Denpasar. Biaya mencapai belasan juta rupiah. Dapat pula melalui jalur laut, yakni dari Kendari menumpang kapal cepat ke Kota Baubau kemudian menggunakan kapal kayu menuju Pelabuhan Wangi-Wangi. Biaya sekitar Rp 800 ribu pulang pergi (PP). Memang relatif mahal, tapi itu akan terbayar tunua dengan keindahan panorama yang ditawarkan Rundama.(*)

Sumber :
http://www.antara.co.id/arc/2008/1/30/pulau-runduma-surganya-penyu/
30/01/08 14:36

6,8 Juta Ha Hutan Rusak, DR Justru Dihentikan

6,8 Juta Ha Hutan Rusak, DR Justru Dihentikan

Samarinda (ANTARA News) - Sedikitnya 6,8 juta hektar dari 17 hektar hutan dan lahan di Kalimantan Timur telah rusak, namun oronisnya Departemen Kehutanan justru tahun ini menghentikan pengucuran dana reboisasi (DR). "Kebijakan pemerintah pusat ini cukup ironis karena tidak memberikan DR sementara kerusakan hutan di Kaltim diperkirakan telah mencapai 6,8 juta hektar," kata pemerhati lingkungan Kaltim, Niel Makinuddin, MA di Samarinda, Selasa.Dalam lampiran Surat Menteri Kehutanan Nomor: S.56/Menhut-II/RK/2008 tanggal 24 Januari 2008 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kehutanan Tahun Anggaran 2008, tidak terlihat ada alokasi DR untuk Kaltim pada tahun ini.

Dalam surat yang ditandatangani Sekretaris Jenderal Dephut, Boen M. Purnama itu tidak satu pun kabupaten kota di Kaltim mendapat kucuran dana DR 2008. "Luas kerusakan mencapai 6,8 juta hektar itu maka sama artinya dengan dua kali luas hutan di Jawa Barat. Dihentikannya penyaluran DR menjadi persoalan sangat serius bagi pelestarian hutan di Indonesia, mengingat hutan Kaltim adalah bagian dari `heart of Borneo`(jantung Kalimantan, red) atau menjadi salah satu sumber penghasil oksigen nasional," imbuh Niel.

Ia menjelaskan dengan tidak dikucurkan Dana Reboisasi maka upaya merehabilitasi dan mereboisasi kawasan hutan yang rusak di Kaltim akan mengalami persoalan serius. "Jelas luas kerusakan akan bertambah karena dengan kondisi seperti itu, hutan akan rawan mengalami kebakaran khususnya pada musim kemarau." imbuh mantan Direktur Ekskutif Walhi Kaltim itu.
Niel yang juga peneliti pada Proyek Pesisir (kerja sama daerah dengan lembaga internasional untuk pelestarian kawasan pantai dan laut Kaltim) itu menjelaskan dengan dihentikannya dana DR pada 2008, maka hal iru mengakibatkan menambah jumlah pengangguran di Kaltim karena dari proyek DR banyak menyerap tenaga kerja.

Sebelumnya, Kaltim mendapat dana DR sekitar Rp100 miliar per tahun, untuk merehabilitasi dan mereboisasi hutan di Kaltim , namun ternyata jumlah itu tidak berimbang dengan luas kerusakan hutan. Misalnya seperti di wilayah Bulungan dana DR mencapai Rp18 miliar per tahun hanya mampu untuk merehabilitasi dan mereboisasi lahan seluas tiga hektar. Sedangkan laju kerusakan hutan di Kaltim diperkirakan mencapai 500 ha per tahun.

Menyinggung tentang perkiraan bahwa pusat tidak mengalokasikan DR untuk Kaltim karena daya serap rendah, ia menjelaskan pertimbangan pusat itu sangat administratif sekali dengan mengabaikan kondisi di lapangan. "Kondisi di lapangan berbeda dengan kenyataan, khususnya dikaitkan dengan rendahnya daya serap dana itu. Hal tersebut akibat peraturan yang begitu kaku, sehingga banyak pejabat ragu-ragu melaksanakan proyek. Sebaiknya, persoalan ini diselesaikan satu meja antara pusat dan daerah, bukan langsung menghentikan DR," katanya.

Ketakutan Daerah


Ketakutan daerah terkait dengan Keppres 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa termasuk Juknis dan Juklaknya sehingga banyak pejabat enggan menjadi pimpro untuk melaksanakan proyek sehingga daya serap DR di daerah rendah. Ia mencontohkan, Pemkot Balikpapan memanfaatkan sebagian dana DR untuk pemagaran hutan lindung, namun kemudian dipersoalkan oleh pihak kejaksaan karena dianggap sebuah penyimpangan serius. "Alasan Pemkot Balikpapan masuk akal, yakni kegiatan reboisasi tidak bermanfaat apabila kawasan tersebut tidak dipagar karena dengan mudah masyarakat mengkapling dan menjarah kawasan yang dekat dengan jalan raya itu," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan Kaltim, Budi Pranowo dan Kepala Biro Humas Pemprov Kaltim, Jauhar Effendi enggan memberikan komentar mengenai dihentikan DR untuk Kaltim pada 2008 dengan alasan belum mendapat pemberitahuan resmi dari Dephut. "Memang dalam penerapan aturan sangat kaku, khususnya Keppres 80 sehingga bukan hanya pada sektor kehutanan, pada bidang lainnya juga daya serap keuangan sangat rendah akibat banyak pegawai yang takut menjadi pimpro. Seharusnya yang dianggap penyimpangan apabila terjadi mark up (penggelembungan dana) ataupun manipulasi barang, namun kesalahan administrasi kini juga digolongkan penyimpangan berat," katanya.(*)

Sumber :
http://www.antara.co.id/arc/2008/1/29/6-8-juta-ha-hutan-rusak-dr-justru-dihentikan/
29/01/08 09:13