Jumat, Januari 11, 2008

Selamat Tahun Baru 1429 H

Selamat Tahun Baru 1429 H

Oleh : H. Ali Murthado

ALHAMDULILLAH, kini kita telah memasuki tahun 1429 H. Telah kita tinggalkan tahun 1428 H dengan berbagai kenangan yang hadir di dalamnya. Ada cerita suka dan banyak pula cerita duka. Keduanya silih berganti, mengejar, hilang dan timbul dalam kehidupan kita. Semuanya itu pada dasarnya merupakan ujian bagi kita. Apakah kita mampu menyikapi segala persoalan tersebut dengan arif dan bijaksana sekaligus menjadikannya sebagai i'tibar dalam kehidupan kita, atau menjadikan baginya sesuatu yang hilang begitu saja.

Pergantian tahun hijriah ini, memang tidak semeriah pergantian tahun masehi. Hal ini dikarenakan, masyarakat kita adakalanya tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Islam mempunyai kelender tersendiri. Akibatnya, kita lebih menonjolkan kalender masehi daripada kalender hijriah. Terlepas dari tahu atau tidaknya kita mengenai penanggalan tahun hijriah ini. Paling tidak bagi mereka yang memahami akan keberadaan tahun hijriah ini mampu menjadikan proses pergantian tahun ini memberikan arti tersendiri bagi dirinya.

Ada memang sebagian kita yang merayakan tahun baru hijriah ini. Lewat acara-acara seremonial. Tidak salah memang, tetapi paling tidak kita juga harus memberikan kesan bahwa tahun baru tidak hanya dirayakan atau diperingati semata, namun makna esensi dari tahun baru hijriah itu yang diharapkan mampu menjadi semangat kita.

Kalau kita merujuk dari hijrahnya Nabi Muhammad saw dari Mekkah ke Madinah yang akhirnya menjadi awal penanggalan tahun bagi umat Islam. Jelas ini memiliki makna yang sangat penting dalam Islam. Karena dalam proses hijrah itulah, Islam mulai 'berkibar'. Artinya, dakwah Islam sudah mulai diterima masyarakat khususnya di kota Madinah. Selama 13 tahun dakwah Rasululllah di Mekkah, maka penerapannya lebih berorientasi kepada aqidah dan akhlak saja, kemudian di saat di Madinahlah, implementasi dari Aqidah dan Akhlak tersebut di lakukan dengan perbuatan-perbuatan yang tidak saja berhubungan dengan hablum minallah, seperti perintah salat, puasa dan haji tetapi juga hubungan dengan hablum min nash yang harus juga diutamakan.

Selain itu, pelajaran yang penting dari momentum hijrah ini juga adalah persaudaraa. Di mana Nabi mengokohkan arti persaudaraan di antara umat Islam itu sendiri, hal ini tercermin dari mempersaudarakan antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin.

Berbagai 'pelajaran' bisa dipetik dari hijrahnya Nabi ini. Dan ini juga mampu menjawab pesimisme agama lain, seolah-olah Islam adalah agama kekerasan, agama yang disebar dengan pedang dan asumsi-asumsi negatif lainnya. Tentunya hal itu tidak benar. Islam adalah ramhamatan lil 'alamin. Ia tidak hadir untuk umat Islam saja, tetapi semua makhluk akan tenang jika Islam menjadi sebuah 'penerang'.

Memang, beberapa kelompok terlalu 'arogan' dalam menempatkan Islam di tengah-tengah masyarakat. Padahal Nabi sudah mengajarkan bahwa tempatkanlah diri kita dengan nilai-nilai Islam secara universal. Yaitu, Islam yang memberikan kedamaian, Islam yang memberikan keselamatan dan Islam yang memberikan kebahagiaan. Sayangnya memang, orang lebih melihat mereka yang arogan dalam mendakwahkan Islam, daripada mereka-mereka yang lebih mengutamakan nilai-nilai dakwah dengan hikmah.

Setiap kita pasti memahami, bahwa tidak mungkin orang yang kita ajak akan langsung menerima ajakan kita. Jika kita tidak berbuat apa yang ada di dalam al-Qur'an dan Sunnah. Untuk itu, memang diperlukan keteladanan, baik itu keteladana para pemimpin, keteladanan para ulama maupun keteladanan umat Islam itu sendiri.

Ini yang sekarang hilang dari semangat kita. Bayangkan, Nabi Muhammad saw telah memberikan keteladanan dalam hidupnya. Ia tidak hanya berkata, tetapi lebih dahulu dilakukannya. Ini menunjukkan bahwa untuk mengajak orang harus lebih dahulu kita yang melakukannya. Oleh karena itu. Mari semangat hijrah tetapi kita munculkan. Kita harus hijrah dari sesuatu yang tidak baik yang selama ini kita lakukan, kepada sesuatu yang baik. Kalau tahun lalu kita lebih menyibukkan diri hanya dalam urusan dunia saja, diharapkan pada tahun ini kita tidak hanya sibuk dalam urusan dunia, tetapi juga menyandingkan diri kita dalam kesibukan untuk urusan akhirat. Akhirnya. Mari kita jadikan tahun 1429 H ini tahun kebangkitan Islam, tahun penyadaran kita sebagai seorang hamba dan tahun untuk segera kembali kepada habitat pedoman kita yaitu al-Qur'an dan Sunnah. Sudah lama kita tinggalkan pedoman yang ditinggalkan Rasulullah ini, maka marilah kita kembali kepadanya, Insya Allah kita akan menjadi hamba-hamba yang memahami akan keberadaan kita di dunia ini. Selamat tahun baru 1429 H. ****

Sumber :
http://www.analisadaily.com/
Edisi Jumat, 11 Januari 2008

Tidak ada komentar: