Senin, Februari 18, 2008

Prospek Pasar Batu Bara kian Cerah

Prospek Pasar Batu Bara kian Cerah

BANJARMASIN--MEDIA: Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Jeffrey Mulyono menilai prospek pasar tambang batu bara baik dunia maupun didalam negeri cukup menjanjikan. Selama belum ada jenis bahan pembangkit energi alternatif ditemukan maka permintaan batubara untuk energi akan terus meningkat, kata Jeffrey Mulyono saat berada di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rabu (16/1).

Ketika berbicara di acara pelatihan wartawan dan humas tentang pers dan bisnis pertambangan yang diselanggarakan PT Adaro Indonesia, Jeffrey menyebutkan, dengan pasar yang baik itu maka akan menguntungkan bagi pengelolaan pertambangan batu bara di Tanah Air. Menurutnya kian meningkatnya berbagai pembangunan dan kemajuan dunia maka kebutuhan energi jelas kian meningkat. Apalagi negara pemakai energi terbesar dunia seperti AS, China, Jepang, dan Eropa terus melakukan permintaan bagi batu bara maka kebutuhan batu bara jelas lebih meningkat pula.

Sementara itu di dalam negeri sendiri kebutuhan tambang itupun terus meningkat. Bukan saja untuk industri tetapi juga untuk bahan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Apalagi adanya program listrik nasional 10 ribu Mega Watt (Mw) yang dilakukan pemerintah tentu pilihan dengan penambahan PLTU-PLTU di berbagai daerah yang memerlukan pasokan batu bara cukup besar.

Kebutuhan batu bara dalam negeri selama ini 50 juta ton per tahun. Tetapi untuk mendukung program nasional 10 ribu Mw, harus ada tambahan pasokan dalam negeri 50 juta ton lagi pertahun atau 100 juta ton per tahunnya. Sedangkan untuk ekspor saat ini sekitar 165 juta ton per tahun. Tetapi perkiraan tahun 2008 ini akan meningkat drastis pula seiring kian banyaknya permintaan batu bara dunia.

Oleh karena itu tak ada pilihan lain bagi 63 perusahaan tambang batu bara yang tergabung dalam APBI untuk tidak memanfaatkan peluang tersebut, kata dia. Berdasarkan data peran batu bara (PKP2B) dalam penerimaan negera seperti penerimaan negara dari royalti 13,5% tercatat Rp4,71 triliun, iuran tetap Rp16,52 miliar serta dari pajak badan Rp9 triliun dan devisa US$4,96 miliar, kata Jeffrey. (Ant/OL-03)

Sumber :
http://www.mediaindonesia.com/
17 Januari 2008.

Tidak ada komentar: