Kamis, April 03, 2008

Kerusakan Hutan Mangrove Sulit Direhabilitasi

Kerusakan Hutan Mangrove Sulit Direhabilitasi

Laporan wartawan Kompas Madina Nusrat


Wonosobo, Minggu - Kerusakan hutan mangrove di Pulau Jawa, menurut Direktur Utama Perum Perhutani Transtoto Handhadari, Minggu (27/1), masih lebih sulit direhabilitasi dibandingkan merehabilitasi hutan gundul di kawasan daratan. Salah satu kawasan hutan mangrove di Pulau Jawa yang mengalami kerusakan cukup luas dan sulit direhabilitasi selama 10 tahun belakangan ini, berada di kawasan pantai utara Jawa Barat.


“Kerusakan hutan mangrove di kawasan pantura Jawa Barat, mencapai 12.000 hektar dari sekitar 14.000 hektar yang ada. Itu sudah berlangsung puluhan tahun, dan sulit untuk direhabilitasi. Selama ini, kawasan hutan itu digunakan oleh rakyat sebagai tambak,” kata Transtoto menjelaskan, usai menghadiri Wartawan Menanam di kawasan Telaga Menjer, Desa Maron, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo, Minggu (27/1).


Menurutnya, salah satu penyebab utama kesulitan rehabilitasi itu karena pada umumnya di kawasan hutan mangrove terdapat potensi konflik sosial yang lebih tinggi dibandingkan di kawasan daratan. “Tekanan sosial dan ekonomi masyarakat terhadap kawasan hutan mangrove itu cukup tinggi dan masih sulit ditangani,” katanya.


Sejauh ini, lanjutnya, pihaknya hanya dapat melakukan pendekatan kepada masyarakat setempat agar bersedia mengembalikan kawasan hutan mangrove di pantura seperti semula. “Kami terus berusaha agar pengembangbiakan ikan dengan membuka lahan tambak itu dikurangi, dan digantikan dengan tanaman bakau. Sebaliknya untuk kawasan yang sudah dibuka untuk tambak, kami anjurkan kepada masyarakat agar mereka mau menanam bakau di sekeliling tambak mereka,” tuturnya.


Kerusakan hutan mangrove belakangan ini juga terjadi di kawasan pantai selatan Jawa, terutama di kawasan Laguna Segara Anakan, Kabupaten Cilacap. Kepala Biro Hukum Agraria Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Bambang Wiryanto mengatakan sebagian kawasan hutan mangrove di laguna tersebut ada yang dihuni oleh masyarakat yang migrasi dari Jawa Barat. “Meskipun itu sebenarnya adalah tanah tumbuh akibat sedimentasi, tapi itu tetap kawasan hutan mangrove. Kawasan itu tetap tidak boleh dijadikan hunian. Kalau hanya digarap untuk tambak, itu masih boleh. Tapi itu juga tetap dikendalikan,” katanya menjelaskan.


Bambang mengatakan, untuk mengosongkan kawasan hutan mangrove Laguna Segara Anakan dengan sepenuhnya dari pemukiman maupun tambak, masih sulit dilaksanakan. “Untuk rehabilitasi kawasan hutan mangrove ini pada umumnya memang tidak mudah karena tekanan sosial dan ekonominya cukup besar,” ucapnya.


Sumber :
http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/01/27/19315966/kerusakan.hutan.mangrove.sulit.direhabilitasi

Minggu, 27 Januari 2008 | 19:31 WIB

Tidak ada komentar: