Jumat, Maret 28, 2008

Harimau di TNKS Tinggal 136 Ekor

Harimau di TNKS Tinggal 136 Ekor


Mukomuko--MI: Populasi Harimau sumatra (Phantera Tigris Sumaterae) di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) terus menurun. Saat ini diperkirakan jumlahnya tinggal 136 ekor dari 150 ekor pada 2007 lalu. "Perburuan dan pembukaan lahan diketahui menjadi ancaman dan penyebab berkurangnya populasi binatang langka endemik Pulau Sumatra ini," ungkap Koordinator Flora dan Fauna International (FFI) wilayah Sumatera Debby Martin, Kamis (27/3) saat menjelaskan hasil penelitian mereka.


Penelitian tersebut dilakukan FFI bersama Balai Besar TNKS dan beberapa perguruan tinggi di tanah air dan internasional melalui Monitoring Harimau Sumatra (MHS).


Dari penelitian yang melibatkan Universitas Bengkulu, khususnya Agung Jurusan Kehutanan dan Biologi ini juga diketahui bahwa konflik antara manusia dengan harimau yang berujung pada pembunuhan binatang tersebut juga menjadi penyebab lain berkurangnya populasi. "Dari penelitian terakhir, jumlah populasi saat ini tidak lebih dari 136 ekor dan ini termasuk 25 persen dari seluruh populasi Harimau Sumatera yang masih hidup. Pembukaan lahan dan konflik menjadi ancaman terbesar, kalau perburuan sudah berkurang," katanya.


Debby mengatakan, perambahan areal hutan khususnya Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Lindung (HL) menjadi perkebunan, yang akhir-akhir ini semakin marak menjadi pemicu terjadinya konflik antara harimau dengan manusia.


Pembukaan lahan tersebut mengakibatkan berkurangnya wilayah jelajah harimau untuk mencari mangsanya sehingga harimau secara tidak sengaja memasuki perkebunan warga, pembukaan lahan juga memudahkan aksi perburuan terhadap harimau sumatra. "Baru-baru ini di Lebong Selatan Kabupaten Lebong, seekor harimau terlihat berada di kebun karet milik warga dan ini menimbulkan keresahan. Kita sudah melakukan penelusuran dan memastikan kondisi sudah aman sehingga harimau selamat, manusia juga selamat," kata perempuan berkebangsaan Inggris yang fasih berbahasa Indonesia ini.


Debby yang berkantor di Sungai Penuh Kabupaten Kerinci, Jambi mengatakan, kasus konflik antara manusia dengan harimau yang ditangani timnya tidak kurang dari 20 kasus per tahun. Ia mengatakan, hingga saat ini tim monitoring berhasil meminimalkan risiko sebab pada umumnya munculnya harimau di sekitar pemukiman penduduk tidak lain untuk mengincar hewan peliharaan penduduk untuk dijadikan mangsa. (Ant/OL-06)


Sumber :

http://www.mediaindonesia.com/
Kamis, 27 Maret 2008 10:44 WIB

Tidak ada komentar: