Kamis, Februari 28, 2008

Sejumlah Pihak Sepakat Kelola DAS Citarum Secara Sinergis

Sejumlah Pihak Sepakat Kelola DAS Citarum Secara Sinergis

Bandung, Senin-Agar konservasi daerah aliran sungai Citarum dapat berjalan dengan secara sinergis, beberapa pemangku kepentingan sepakat membentuk badan pengelola dana lingkungan Citarum bernama Eco Trust Fund. Selain mengelola dana lingkungan, lembaga ini diarahkan sebagai koordinator pelestarian lingkungan sekaligus pusat pertukaran informasi tentang sungai Citarum.

ETF merupakan lembaga non profit untuk konservasi ekosistem alam yang lahir dari nota kesepahaman Kementrian Kehutanan dan Kementrian Lingkungan Hidup pada tanggal 1 Agustus 2007. Demikian diungkapkan Direktur Eksekutif Eco Trust Fund (ETF) Grace Elisabeth di sela peluncuran lembaga pengelola dana lingkungan ETF, Senin (25/2) di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung.

Menurut Grace, banyak lembaga yang telah melakukan kegiatan pelestarian daerah aliran sungai Citarum. Namun, karena tidak ada koordinasi dan kerjasama dengan perusahaan atau instansi lain, maka dampaknya kurang signifikan. "Di satu pihak, ada perusahaan yang menghijaukan daerah pinggiran Sungai Citarum. Sementara pihak lain justru melakukan pengerukan karena sungai terlalu dangkal. Matilah semua pohon yang ditanam," jelas Grace.

Untuk melakukan usaha sinergis dalam pelestar ian daerah aliran sungai (DAS) Citarum, beberapa perusahaan melakukan kesepakatan dengan menandatangai nota kesepahaman. Perusahaan-perusahaan yang menandatangani, antara lain PT Indonesia Power, Asosiasi Pertektilan Indonesia (API) Jabar, Yayasan Greener s, Bina Mitra dan Bird Conservations untuk pengembangan sistem informasi dan pemberdayaan lingkungan Citarum.

Dengan kesepakatan itu, ETF akan membantu perusahaan-perusahaan meningkatkan tata kelola kegiatan tanggung jawab sosial, khususnya untuk pelestarian Sungai Citarum. Mereka juga sepakat mengalokasikan dana rehabilitasi Citarum.

Menteri Kehutanan MS Kaban melalui Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan Sunaryo mengatakan, dengan ketiga waduk besar, yaitu Saguling, Cirata dan Jatiluhur, peran DAS Citarum sangatlah besar. DAS Citarum mengaliri sekitar 300.000 hektar sawah di Bandung, Cimahi, Cianjur, Purwakarta, bahkan Jakarta, tutur Kaban.

Sementara itu, di Bandung, sebanyak 200 industri tekstil juga menggantu ngkan proses produksi mereka dari aliran Sungai Citarum. Dengan demikian, sebagai ekosistem yang berpengaruh bagi masyarakat banyak, Sungai Citarum harus dikelola secara terpadu oleh seluruh pemangku kepentingan. Kegiatan yang dilaksanakan harus saling memperkuat. Alam tetap terjaga dan usaha tetap jalan. Prinsipnya, kegiatan harus adaptif terhadap DAS, tegas Kaban.

Sunaryo menambahkan, beberapa tahun ini Sungai Citarum mengalami perubahan volume air yang sangat drastis pada musim hujan dan kemarau. Tingkat fluktuasi volume airnya tinggi. "Saat kemarau kering sekali, sedangkan saa musim penghujang justru banjir," ungkapnya. Menurut Sunaryo, untuk mengatasi hal ini, harus ada niat dan langkah bersama dalam mengubah pola hidup masyarakat maupun pola industri perusahaan.

Hemat energi

Sekretaris Perusahaan PT Indonesia Power Lili Tjardi mengatakan, dengan produksi listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sekitar 5 miliar Kilo Watt per tahun, setidaknya dapat dihemat 17 juta ton bahan bakar minyak (BBM). Dengan terjaganya stabilitas volume Sungai Citarum, maka PLTA dapat berjalan tanpa membutuhkan banyak BBM, ujar Lili.

Selain mendukung PLTA, menurut Lili, DAS Citarum dengan beberapa bendungannya juga menghidupi jutaan orang yang bergantung pada sektor pertanian, perikanan, peternakan dan industri.(A01)

http://www.kompas.co.id/read.php?cnt=.xml.2008.02.25.23434842&channel=1&mn=42&idx=43
Senin, 25 Februari 2008 23:43 WIB

Tidak ada komentar: