Minggu, Februari 17, 2008

Indonesia Desak Kerja Keras Dunia Atasi Perubahan Iklim

Indonesia Desak Kerja Keras Dunia Atasi Perubahan Iklim

NEW YORK, SELASA - Indonesia meminta seluruh negara di dunia bekerja lebih keras menjalankan Bali Action Plan, yaitu rencana global yang disepakati dalam Konferensi Perubahan Iklim di Bali pada 2007 untuk mengatasi masalah perubahan iklim dunia. Seperti yang disampaikan Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar di Markas Besar PBB, New York, Selasa (12/2), baik negara maju maupun negara berkembang harus benar-benar bertekad segara melaksanakan rencana aksi tersebut, mengingat waktu yang sudah mendesak.


"Harus diingat, kita hanya punya kesempatan yang singkat, yaitu hanya tahun 2008 dan tahun 2009 untuk membuat perincian empat tantangan, yaitu mitigasi, adaptasi, transfer teknologi dan pendanaan, termasuk dana untuk adaptasi dan masalah penebangan hutan," kata Rachmat ketika berbicara dalam sidang pleno Majelis Umum yang membahas masalah perubahan iklim. Menurut Menteri LH itu, negara-negara maju harus memimpin pelaksanaan Rencana Aksi Bali, namun ia juga menekankan pelaksanaan itu hanya dapat berhasil jika semua pihak, termasuk negara berkembang, sektor swasta, dan masyarakat ikut berpartisipasi dengan aktif. "Tindakan akan lebih banyak dilakukan negara berkembang sejalan dengan komitmen yang lebih ambisius dari negara-negara maju," ujarnya. Indonesia sendiri, kata Rachmat, akan terus memainkan peranan guna memastikan semua pihak yang berkepentingan bekerja sama mewujudkan komitmen dimulainya perundingan tentang perubahan iklim pada tahun 2009.

Konferensi Bali pada Desember tahun lalu yang diikuti oleh ribuan peserta dari 190 negara berhasil meletakkan dasar untuk merumuskan kerangka kerja baru setelah Protokol Kyoto berakhir tahun 2012. Peta Jalan Bali (Bali Road Map) yang juga disepakati pada konferensi tersebut memuat adanya pengakuan soal perlunya pengurangan gas buangan rumah kaca secara dramatis; protokol yang baru harus selesai pada tahun 2009 sehingga sudah dapat diterapkan mulai tahun 2012.


Peta tersebut juga mewajibkan negara maju untuk mengurangi emisi rumah kaca sementara negara berkembang diminta secara sukarela untuk melakukan hal yang sama; dan meminta ngera maju membagi teknologi ramah lingkungan kepada negara berkembang atau miskin untuk membantu mereka menghadapi dampak perubahan iklim. Dalam sidang Majelis Umum, Rachmat juga menyampaikan bahwa sebagai partisipasi pada tingkat nasional untuk menjalankan Rencana Aksi Bali, maka Indonesia telah meluncurkan Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk Perubahan Iklim. RAN tersebut akan dijadikan sebagai panduan semua pihak di Indonesia dalam upaya menangani masalah perubahan iklim.

Indonesia juga saat ini membentuk Pusat Perubahan Iklim sebagai titik pangkal untuk melaksanakan rencana aksi nasional, memfasilitasi dan mengawasi bantuan teknis serta kerjasama dengan masyarakat internasional dalam mengatasi perubahan iklim. "Kalau Center (Pusat Perubahan Iklim, red) ini sudah ada, tidak akan ada lagi keadaan yang tumpang tindih apalagi tarik menarik antara satu sektor dengan sektor yang lain," kata Rachmat usai memberikan pernyataan di sidang Majelis Umum. "Ini adalah perwujudan konkret permintaan kita supaya ada kerja sama secara terintegrasi. Jadi kita tidak omong kosong. Kita minta seluruh dunia semuanya sama-sama terkoordinasikan dan kita sendiri juga sudah melakukan itu," tambahnya.(ANT/WAH)

Sumber :

http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.02.13.22095747&channel=1&mn=42&idx=44
Rabu, 13 Februari 2008 22:09 Wib

Tidak ada komentar: