Jumat, Januari 18, 2008

CSR, The Way to do Business

CSR, The Way to do Business

Bagi perusahaan yang telah lama menjalankan bisnisnya dengan selalu menggelar kegiatan sosial, istilah corporate social responsibility justru dinilainya sebagai telah usang. Soalnya kata responsibility dinilainya berbau tekanan. ''Kami yang telah lama selalu berbagi dengan masyarakat luas, justru sedikit risih dengan kata yang seakan meminta, menekan, yakni responsibility itu. Karena kami telah memasukan kegiatan CSR dalam kesatuan bisnis kami,'' ujar Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk, Maurits Lalisang kepada Republika Disela rehat acara Unilever Leadership Forum yang berlangsung di Jakarta, Kamis (14/), Maurits menjelaskan tentang konsep Unilever yang tak sebatas melajankan CSR tetapi telah masuk dalam perilaku Corporate Social Leadership. Berikut petikannya.

Banyak pihak kagum Unilever mendapat beragam penghargaan di bidang CSR, sebetulnya sejauh mana kegiatan itu dilaksanakan?

Terima kasih atas apresiasi banyak pihak itu. Unilever memang telah melakukan banyak sekali kegiatan yang masuk dalam kategori CSR. Mulai kegiatan internal, program community development, hingga menyatukannya dalam kegiatan bisnis. Bagi kami CSR telah menjadi the way to do business.

Penggunaan air maupun lsitrik saja kami melakukan dengan mengedepankan tanggungjawab sosial. Air, kami mengembangkan sistem efisiensi dan daur ulang dalam pabrik. Demikian pula pemakaian listrik, selalu efisien. Jadi nggak ada pemborosan. Sampai, bisa-bisa PAM misalnya, bertanya-tanya kok kami bisa pakai air dengan hemat. Itu karena kami sadar tidak boleh seenaknya pakai air. Kalau air dan listrik saja kami hitung efisien pasti lainnya juga demikian.

Lalu soal misi sosial, kami menyatukan dalam produk Unilever. Kami ingin rakyat sehat. Paling mendasar adalah budaya hidup bersih. Upaya mendidik masyarakat kami satukan dengan promosi Lifeboy melalui gerakan cuci tangan pakai sabun dan smile Indonesia dengan mengedepankan pasta Close Up.

Kegiatan sosial lainnya banyak sekali, khususnya yang berkait dengan pembinaan sektor ekonomi yang selalu kami lakukan secara partnership dengan pihak lain. Ini memiliki fungsi ganda. Selain kegiatannya sukses, kami pun dapat membuka lapangan pekerjaan lain dalam jumlah banyak. Bayangkan kalau ada 300 orang yang aktif bekerja pada pola partnership itu, sedikitnya 1,2 juta manusia bisa mendapat manfaatnya langsung.

Dengan menjadikan CSR bagian dari bisnis, maka kalau kami melakukan proses produksi dengan baik, pasti qualitasnya akan baik pula. Ini kan menegaskan the way to do business itu.

Jadi bukan lagi CSR tapi telah mencapai tahap corporate social leadersehip?

Memang itu tujuannya. Kalau CSR dilakukan karena tekanan atau keharusan dari sautu aturan misalnya, bisa tak berlangsung lama. Malahan bisa-bisa CSR hanya akan menjadi bagian untuk menutupi dosa perusahaan. Kami tidak mau demikian. Yang kami lakukan program itu justru akan menjadi bagian dari peningkatan mutu, termasuk brand awareness. Dan yang terpenting, kegiatan sosial dan turut aktif membangun bangsa adalah yang harus kami lakukan.

Berapa besar dana alokasi CSR?

Cukup besar. Bahkan kalau untuk ukuran kebanyakan perusahaan di Indonesia kami bisa dibilang dalam deretan terbesar dalam mengeluarkan dana untuk itu. Bagi kami, bukan soal dananya. Tapi kami punya mimpi besar buat negeri ini. Saya selalu tekankan kami harus think big, punya impian setinggi langit. Bayangkan kalau kami nantinya anak atau cucu kita bisa minum air dari sungai Brantas karena memang jernih dan tak tercemar. Bayangkan indahnya, kalau suatu waktu Jakarta bersih, hijau dan segar.

Karenanya kami punya program Surabaya Green and Clean (SGC) dan setelah sukses kami terapkan buat Jakarta Green and Clean (JGC) juga. Lalu terhadap pembinaan petani Kedelai Hitam sebagai bahan dasar Kecap Bango. Secara ekonomi, dalam jangka pendek bisa lebih enak langsung mengimpor saja. Tapi kami bermitra dengan petani justru untuk kepentingan rakyat dan secara jangka panjang pasti akan lebih menguntungkan perusahaan.

Pendeknya, kami berpikir jauh kedepan. Dengan sungai bersih, petani hidup layak, lapangan pekerjaan berkembang, maka akan membuat bangsa ini makmur. Ujungnya pasti produk kami juga akan terserap pasar dalam jumlah lebih besar pula.

Apa ada strategi khusus dalam melaksanakan CSR?

Ada empat tahap besarnya. Pertama, kami cari relevansi saat menentukan program. Kedua, membuat model dengan melalui serangkaian uji coba mendalam. Ketiga, mengajak bermitra dengan pihak lain sekurangnya sebagai sponsorship. Keempat, baru kami melakukan replikasi.

Contoh konkretnya program SGC yang dikembangkan menjadi JGC itu. Mengapa perlu bermitra sebelum replikasi program, itu karena kami ingin mengajak perusahaan lain untuk bersama membangun bangsa. Sebab kalau Unilever saja jelas tak akan mampu.

Kami punya filosofi we talk after we do. Maka kami akan mempelopori dahulu dan setelah modelnya tepat dan programnya sukses, akan kami gulirkan kepada pihak lain. (bid)

Sumber :
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=297179&kat_id=439
Selasa, 19 Juni 2007

Tidak ada komentar: