Jumat, Januari 18, 2008

Menyatukan CSR Dalam Pengembangan Proyek

Menyatukan CSR Dalam Pengembangan Proyek

Konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) perlu dilakukan secara inheren dalam setiap pengembangan proyek, khusus di bidang properti. Ini penting demi kelangsungan dan keberlanjutan proyek tersebut. Berikut wawancara dengan General Manager Corporate Communication Real Estate and Developer Grup Sinar Mas yang juga Corporate Communications General Manager PT Bumi Serpong Damai (BSD), Ir Dhony Rahajoe.

Bagaimana seharusnya pelaksanaan CSR di perusahaan?

Konsep CSR itu perlu dilakukan secara inheren dalam aktivitas perusahaan. Ambil contoh di perusahaan pengembang properti. Dalam setiap pengembangan proyek baru, maka konsep CSR harus dilakukan di dalamnya. Hal itu penting demi keberlanjutan proyek itu sendiri. Sebab konsumen sekarang sangat kritis. Mereka tidak hanya sensitif terhadap harga, tapi juga aspek lain seperti lingkungan, sosial dan ekonomi. Pengembang yang tidak melakukan CSR dalam pembangunan proyek propertinya, maka akan ditinggalkan konsumen.

Lalu apa keuntungan lain bagi pengembang yang menerapkan CSR?

Jelas proyeknya akan berkelanjutan. Ini akan memberikan manfaat ganda, baik bagi pengembang maupun konsumen. Dari sisi konsumen, jelas akan diuntungkan oleh pengembang yang menerapkan CSR. Sebab kebutuhan ekonomi, sosial dan lingkungan mereka akan terpenuhi. CSR bagi perusahaan pengembang properti itu agak beda dengan perusahaan pertambangan atau yang lain. Sebab bagi pengembang, konsep CSR sejalan dengan core businessnya. Misalnya menyediakan fasilitas sosial yang memadai bagi warga atau penghuninya, pengembangan ekonomi lokal, penataan lingkungan yang bagus dan sebagainya. Kalau di perusahaan pertambangan misalnya, mereka kan harus menyisihkan sebagian dananya untuk kegiatan pendidikan, kesehatan dan aspek lainnya.

Bagaimana penerapan CSR di Bumi Serpon Damai?

Bagi kami, CSR pada hakikatnya adalah bagaimana komunitas atau warga bisa menikmati kegiatan perusahaan, baik langsung maupun tidak. Di BSD sendiri, kami membangun kota baru untuk membentuk komunitas itu. Jadi tanpa disebut-sebut CSR, apa yang kami lakukan di sini sudah secara otomatis ber-CSR. Bagi kami, CSR itu bukan cost melainkan investasi. Sebagai kota baru, kami ingin ini bisa berkelanjutan dalam jangka waktu lama. Artinya, generasi setelah kita juga bisa menikmati kota baru ini. Jadi CSR merupakan bagian penting dari konsep pembangunan yang berkelanjutan atau sustainability development. Dalam konteks BSD, harapannya apa yang kita bangun dan nikmati saat ini bisa diwariskan dan dinikmati juga oleh anak cucu kita kelak.

Aspek apa saja yang menjadi fokus perhatian?

Ada tiga aspek yang kami perhatikan, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam bidang ekonomi, kami berusaha membangun infrastruktur ekonomi yang bisa membuka lapangan kerja baru sekaligus bermanfaat bagi warga. Contohnya adalah pembangunan pasar modern yang menjadi proyek percontohan banyak pihak.

Dari sisi bisnis, pasar modern sebenarnya tidak terlalu menguntungkan. Tapi kami melihat ada nilai strategis di situ sekaligus menjadi nilai tambah. Di pasar ini, UKM dan pedagang kecil kami berikan fasilitas tempat yang memadai dengan sistem pengelolaan yang modern. Jadi keuntungannya mereka dapat tempat, warga atau penghuni juga bisa mendapatkan makanan yang berkualitas dengan harga terjangkau. Contoh lainnya pembangunan sentra pedagang kaki lima (PKL). Jumlahnya saat ini ada delapan. Jadi mereka tidak digusur tapi ditata dan disediakan tempat yang layak dan memadai.

Lalu pada bidang sosial dan lingkungan?

Di bidang sosial, kami mengembangkan komunitas warga. Tujuannya menciptakan harmonisasi antar warga. Misalnya komunitas Tai Chi, sepeda, olahraga, serta seni dan budaya. Bahkan komunitas Jazz yang dibentuk sudah sangat terkenal. Secara berkala mereka tampil di tempat yang kami sediakan dengan menghadirkan penyanyi jazz legendaris.

Di bidang lingkungan, kami membentuk komunitas warga cinta tanaman, membangun taman kota serta membangun sepuluh danau penampung air hujan. Ini penting agar warga tidak kebanjiran. Inilah yang kami lakukan. Jadi tanpa menyebut-nyebut ber-CSR, kami sudah melaksankan itu. Bagi kami, CSR bukan lagi menjadi kewajiban tapi merupakan kesadaran. Sebab aktivitas bisnis yang kami lakukan selalu menjadikan CSR sebagai nafasnya. (jar)

Sumber :
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=293293&kat_id=439
Selasa, 15 Mei 2007

Tidak ada komentar: