Jumat, Januari 18, 2008

Polandia Nilai Indonesia Berhasil Selenggarakan UNFCCC

Polandia Nilai Indonesia Berhasil Selenggarakan UNFCCC


Jakarta (ANTARA News) - Perdana Menteri Polandia Donald Tusk menyampaikan selamat atas keberhasilan Indonesia menjadi tuan rumah perundingan Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) yang telah menelorkan "Bali Roadmap".

Menurut Dubes RI di Polandia dalam siaran pers yang diterima ANTARA News di Jakarta, Rabu, ucapan selamat tersebut disampaikan PM Donal Tusk saat menerima delegasi DPR-RI yang dipimpin Ketua DPR Agung Laksono di Warsawa. "Polandia ingin memperoleh pengalaman dari Indonesia soal penyelenggaraan UNFCCC. Tahun 2008, merupakan giliran Polandia menjadi tuan-rumah," kata Dubes Hazairin Pohan mengutip pernyataan PM Donald Tusk.

Perundingan Bali, pekan lalu, mencapai kesepakatan perubahan iklim baru dan menelorkan "Bali Roadmap" setelah melewati serangkaian perdebatan alot yang diwarnai kebuntuan hingga detik-detik terakhir. Untuk pertama kalinya, seluruh dunia naik satu gerbong yang sama untuk menghasilkan kerangka baru perubahan iklim. Hasil penting UNFCCC di Bali antara lain Amerika Serikat pada akhirnya setuju ikut dalam konsensus kerangka baru itu. Artinya, AS akan menjadi bagian dari perundingan di Warsawa, Polandia, pada 2008 dan Kopenhagen, Denmark, pada 2009 untuk menyusun kerangka setelah Protokol Kyoto habis masa berlakunya pada 1012.

Sementara itu, seusai bertemu dengan PM Polandia, Ketua DPR Agung Laksono menyatakan sudah saatnya kedua negara meningkatkan kualitas hubungan ke posisi strategis. Delegasi DPR berada di Polandia dalam rangka kunjungan resmi empat hari atas undangan Sejm (parlemen) Polandia। Saat diterima PM Polandia, Agung didampingi oleh Tjahjo Kumolo (PDIP), Dr। Yuddi Chrisnadi (Golkar), Yorris Raweyai (Golkar), Bursah Zarnubi (PBR) dan Pastor Saut Hasibuan (PDS). Donald Tusk dipilih menjadi perdana menteri, setelah partainya PO memenangkan Pemilu pada bulan Oktober 2007l, menggantikan Jaroslaw Kaczynski.

Ketua DPR menilai momentum sekarang perlu dimanfaatkan dengan baik. Untuk itu, pihaknya akan menyarankan agar kunjungan kenegaraan Presiden RI ke Polandia dapat terlaksana dalam tahun 2008. Sebelumnya, delegasi DPR-RI bertemu dengan Menlu Radoslaw Sikorski guna membahas kerja sama di berbagai bidang dan khususnya pertahanan termasuk kerja sama pada industri strategis.

Ketua DPR menyampaikan selamat atas terpilihnya Donald Tusk sebagai perdana menteri Polandia yang baru, seraya mengharapkan pemerintah baru lebih terfokus pada upaya peningkatan hubungan dan kerjasama bilateral antara kedua negara. Menurut Agung Laksono, Indonesia memandang positif kedudukan Polandia sebagai anggota Uni Eropa yang memiliki infrastruktur lengkap sebagai pintu-gerbang untuk peningkatan ekspor dan sumber investasi. Indonesia pada bulan Mei 2008 di ibukota Polandia, Warsawa akan menyelenggarakan Expo terbesar pada tingkat distributor di Eropa di gedung seluas 10 ribu m2. Meskipun angka perdagangan telah meningkat mencapai hampir setengah miliar dolar AS dengan surplus besar di pihak Indonesia, kedua pihak memiliki potensi untuk memperbesarnya sehingga mencapai USD 1 miliar, dengan dukungan pembentukan berbagai kerja sama investasi dalam berbagai proyek energi dan pertambangan.

PM Donald Tusk menyambut baik dukungan parlemen Indonesia dan menyatakan keyakinannya bahwa hubungan itu sudah saatnya ditingkatkan ke posisi strategis. Untuk itu, pemerintah Polandia telah menyediakan berbagai skema pendanaan, termasuk soft-loan untuk proyek-proyek bantuan di Indonesia.

PM Polandia gembira dengan perkembangan kerja sama investasi perusahaan-perusahaan Polandia di bidang energi dan pertambangan senilai USD 1 miliar dan mengharapkan dukungan DPR. Menurut dia, kualitas dan penawaran harga mereka sangat kompetitif dan berani bersaing dengan investor dari negara-negara manapun. PM Polandia itu menggarisbawahi pentingnya mendorong kemajuan dalam kerjasama pada industri strategis. Pihaknya menjanjikan alih-teknologi dan know-how serta dukungan pendanaan pemerintah terhadap berbagai proyek-proyek kerjasama produksi alutsista.

"Kami siap mempelajari proyek-proyek kerjasama industri pertahanan yang diprioritaskan Indonesia, sekaligus sumber pendanaan dengan skema yang kondusif," demikian PM Donald Tusk. Pihaknya mengharapkan, beberapa proyek yang masih pending, misalnya pengadaan pesawat skytruck, helikopter Sokol dan radar dapat direalisir dalam waktu dekat agar kedua pihak dapat memulai pembicaraan untuk pendanaan kerja sama tahap berikutnya.

Ketua DPR menjanjikan akan mendorong penyelesaian proyek-proyek tersebut dan meminta agar Dubes secara aktif memonitor perkembangannya. PM Polandia selanjutnya menyambut baik gagasan Ketua DPR untuk perluasan kerja sama di bidang ketenagakerjaan yang sangat potensial dan menguntungkan kedua pihak. Indonesia berminat mengirimkan TKI terlatih dan semi-terlatih guna mengisi kekosongan di Polandia karena tiga juta tenaga kerjanya kini bekerja di sejumlah negara-negara Uni Eropa seperti Inggeris, Irlandia, Prancis dan Jerman.

Menlu Polandia

Sementara itu, pada saat menerima Ketua DPR dengan Menlu Radoslaw Sikorski mengulangi pernyataan PM Donald Tusk keinginannya untuk peningkatan hubungan RI - Polandia ke posisi strategis. "Kredibilitas Indonesia di dunia internasional yang meningkat dan kedudukan strategis Indonesia di Asia Pasifik sangat kondusif dalam mewujudkan keinginan bersama untuk pembentukan persahabatan strategis," katanya. Menurut dia, posisi strategis hubungan kedua negara juga bermanfaat bagi negara-negara sekitarnya. Menlu Sikorski yang pada kabinet sebelumnya menjabat menteri pertahanan dan dalam tahun 2006 berkunjung ke Indonesia menyambut baik peran positif DPR dalam mendukung peningkatan kerja sama bilateral. Menlu Sikorski menyatakan yakin kerja sama tersebut dapat berkembang lebih cepat, dengan adanya dukungan industri strategis Indonesia, al. PT Dirgantara, PT PAL, PT Pindad dan PT LEN.

Dalam memperkuat landasan kerja sama rahasia industri Menlu Sikorski mengusulkan agar kedua pihak dapat memulai perundingan persetujuan di bidang perlindungan informasi rahasia (kesenjataan). Menlu Polandia tersebut mendukung kerja sama di bidang produksi alat-alat pertahanan dan keamanan. Mengingat sarana industri strategis yang telah dimiliki Indonesia, dia mengusulkan kerja sama produksi di bidang radar, helikopter dan kapal. Menurut dia, di bidang-bidang tersebut Polandia sepenuhnya memiliki sendiri teknologi, know-how dan kesediaan untuk berbagi dengan Indonesia. Mengingat dia sendiri yang menandatangani persetujuan itu bersama Menhan Juwono Sudarsono pada tahun 2006, pihaknya berjanji akan memonitor dan implementasi sepenuhnya persetujuan tersebut.

Delegasi DPR RI yang juga disertai anggota-anggota Komisi I dan Panitia Anggaran itu menjelaskan bahwa, berdasarkan pengalaman di masa lalu Indonesia tidak ingin ketergantungan persenjataan dari satu sumber, apalagi jika terikat dengan agenda maupun kondisi politis apa pun. Mengingat hubungan yang sangat baik antara kedua negara telah teruji lebih dari 50 tahun, Polandia merupakan mitra yang tepat. Sebagai catatan, dalam empat tahun terakhir antara kedua negara telah ditandatangani persetujuan kerja sama keuangan senilai USD 405 juta guna pembiayaan pengadaan sejumlah kapal patroli, helikopter, pesawat skytruck, rudal dan berbagai peralatan pertahanan dan keamanan lainnya.

Menlu Sikorski menyambut baik usulan DPR RI untuk memperluas cakupan kerja sama pertahanan dengan memberikan kesempatan bagi pendidikan dan pertukaran perwira antara kedua angkatan bersenjata, termasuk pada sekolah perwira NATO yang baru dibentuk di negaranya. Polandia yang sebelumnya menjadi focal point dalam Pakta Warsawa dan sejak 1999 beralih menjadi anggota NATO. Pengalaman Polandia dalam reformasi internal di tubuh AB sangat berharga bagi pembentukan profesionalisme TNI.(*)

Sumber :
http://www.antara.co.id/unfccc/
19/12/07 11:03

Tidak ada komentar: