Jumat, Januari 18, 2008

UNDP: Perubahan Iklim Mundurkan Laju Pembangunan Manusia

UNDP: Perubahan Iklim Mundurkan Laju Pembangunan Manusia


Jakarta (ANTARA News) - Menjelang Sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) di Bali pada 3-14 Desember 2007, sebuah laporan tentang dampak pemanasan global terhadap pembangunan kualitas manusia diluncurkan oleh Badan Pembangunan PBB (UNDP), di Jakarta, Selasa.

Laporan bertajuk "Melawan Perubahan Iklim: Solidaritas Manusia dalam Dunia yang Terpecah" itu mengingatkan kepada dunia bahwa perubahan iklim bisa mengakibatkan kemunduran yang sangat signifikan dalam bidang penurunan angka kemiskinan, gizi, kesehatan dan pendidikan. Dalam laporan yang hampir setebal 400 halaman itu disebutkan bahwa dunia saat ini sedang menuju ke suatu "titik rawan" yang dapat mengunci negara-negara termiskin di dunia dan para warga negara mereka ke dalam suatu spiral yang menuju kehancuran, yang akan membuat ratusan juta jiwa berhadapan dengan masalah kekurangan gizi, kelangkaan air, ancaman lingkungan dan kehilangan mata pencaharian.

"Laporan UNDP ini ingin menyampaikan tiga pesan utama tentang perubahan iklim," kata Hakan Bjorkman, Direktur UNDP untuk Indonesia. Pertama, kata Hakan, adalah bahwa orang-orang termiskin di negara-negara berkembanglah yang akan membayar paling mahal dalam hal perubahan iklim, walaupun emisi karbon yang mereka lepaskan jauh sangat kecil dibandingkan dengan warga negara-negara maju.

Kajian UNDP mendapati bahwa kekuatan yang diciptakan oleh pemanasan global dapat menghilangkan kemajuan yang sudah dibina selama beberapa generasi. "Hancurnya sistem pertanian sebagai akibat makin banyaknya kemarau, suhu meningkat dan curah hujan yang tidak teratur dapat mengakibatkan 600 juta jiwa manusia menghadapi kekurangan gizi. Di daerah kering Afrika Sub-Sahara dengan beberapa pusat kemiskinan tertinggi di dunia berada, mereka kemungkinan menemui penurunan produktivitas lahan sampai 26 persen hingga tahun 2060," tulis laporan yang telah diterjemahkan dalam 12 bahasa itu.

Sejumlah 1,8 miliar manusia juga akan kesulitan mendapatkan air bersih menjelang tahun 2080, sementara wilayah luas di Asia Selatan dan Cina Utara menghadapi krisis lingkungan sebagai akibat dari surutnya glasier dan berubahnya pola curah hujan. Perubahan iklim juga berdampak luas, sehingga diperkirakan 332 juta orang akan berpindah dari kawasan pesisir ke daerah yang lebih tinggi, ini akibat kenaikan muka air laut. Sementara lebih dari 70 juta orang di Bangladesh, 22 juta orang Vietnam dan 6 juta orang di Mesir akan menjadi korban banjir yang diakibatkan oleh pemanasan global.

Di sisi kesehatan, risiko penduduk yang terpapar malaria bisa mencapai 400 juta orang. "Kami menyerukan panggilan untuk bertindak, bukan menyuarakan keputusasaan," kata penulis utama laporan ini, Kevin Watkins, seperti tertulis dalam rilis UNDP. Ia menggambarkan Sidang UNFCCC di Bali nanti sebagai kesempatan unik untuk mendahulukan kepentingan kaum miskin di dunia pada posisi pertimbangan utama dalam negosiasi perubahan iklim. Saat ini kenaikan rata-rata suhu permukaan Bumi adalah 0,7 derajat Celcius dibandingkan masa sebelum Revolusi Industri. Apabila kenaikan suhu terus bergerak tanpa upaya mengendalikan emisi gas buang karbon ke atmosfer - yang menimbulkan efek rumah kaca dan pemanasan global - maka kenaikan rata-rata 2 derajat Celcius bermakna kehancuran fatal buat kondisi Bumi.

Kenaikan suhu di atar 2 derajat Celcius akan memusnahkan glasier di Himalaya, yang menyediakan air dan makanan bagi dua miliar Manusia. Musnahnya glasier Himalaya juga berarti 22 juta jiwa di Vietnam menjadi pengungsi, 45 persen lahan pertanian di Delta Mekong hancur dan muka air laut dunia terus naik. Kondisi ini juga berdampak langsung terhadap Indonesia, karena karang laut rusak - padahal ini adalah sumber hidup para nelayan. Kenaikan suhu global juga setara dengan kehilangan 7 persen GDP negara-negara kecil kepulauan macam Fiji, Samoa dan Vanuatu. Bahkan beberapa negara pulau seperti Maladewa akan tenggelam sama sekali bila laju pemanasan global terus terjadi. (*)

Sumber :
http://www.antara.co.id/redd/news/?id=1196167297
27/11/07 19:41

Tidak ada komentar: